Senin, 14 Juli 2008

Panorama of Mount Semeru - Tengger



LOCATION:
The view of Mount Semeru is best enjoyed from the vista point at Gunung Penanjakan. To get here, you can hire a jeep from the village of Tosari for about Rp275.000 ($30) per car. The journey takes about 1 hour of climbing along narrow bends and sharp switchbacks. Journey usually commences between 0300 to 0330 hrs, just in time to catch the sunrise view at Penanjakan at around 0500 hrs.
For those interested to climbing Mount Semeru, the hike starts at the village of Ranupane. If you depart from Malang, you can take the local bus to Tumpang, from which you can hire a 4WD (jeep) to Ranupane across the Sea of Sands. If you are from Pasuruan or Probolinggo, you can hire a regular taxi van that passes Sukapura, Ngadisari and arrives at Cemoro Lawang, from which a rented 4WD will bring you to Jemplang on Semeru's southern rim, and eventually to Ranupane.

DESCRIPTION:
The accolade of being the highest mountain on Java Island definitely goes to Mount Semeru. At 3,676m, this stratovolcano is also known as "Gunung Mahameru" (the Great Mountain) due to its supreme attributes. In fact, Mahameru actually refers to the Hindu god of Siwa in local dialects. Siwa the Destroyer (Dewa Pemusnah) is the most powerful one, hence, it comes to no surprise that Mount Semeru is named after this forceful deity.
The most unique attribute of Mount Semeru is that it spews out a smoky cloud of steam, black ashes and stones every 20-30 minutes. If you are viewing the mountain from Penanjakan's vista point, you can almost be guaranteed of seeing the mini eruption, unless if you are really unlucky should the mountain decides to catch a breath, so-to-speak.
The first glimpse of its eruption from the vista point was greeted by oohs and aahs from the tourists who trudged the bitterly cold morning to view this great mountain. Soon enough, clicking sounds of digital cameras filled the air. Nobody wanted to miss the show.
Mount Semeru steep sides rise abruptly from the southern coastal plain on Java Island, although one could not see it from Penanjakan. Climbing the mountain isn't for everyone but it can be done. In fact, my driver told about a group of French climbers who frequent the majestic peak during the dry season of April to October.

Jumat, 11 Juli 2008

Just Kidding bro !



Cerita Pertama

Seorang wanita bule menghabiskan hampir seluruh waktu liburannya dengan berjemur di atap hotel tempat dia menginap. Ia mengenakan pakaian renangnya pada hari pertama. Tapi pada hari ke dua, ia menyimpulkan bahwa tak ada seorangpun yang melihatnya, maka iapun melepaskan seluruh pakaian renangnya.

Ia baru saja akan mulai berjemur, ketika didengarnya seseorang berlari menuju ke tempatnya berjemur. Saat itu ia sedang menelungkup, maka ia hanya menutupi bagian belakang tubuhnya saja dengan handuk.

"Maaf nona," kata asisten manager hotel itu dengan terengah-engah karena menaiki tangga. "Hotel ini tidak berkeberatan anda berjemur di atap, tetapi kami lebih menghargai anda, bila anda mengenakan pakaian renang anda seperti kemarin".

"Lho, kenapa ?" tanya wanita itu, " Kan tidak ada yang bisa melihat saya di atas sini, lagipula kan saya memakai handuk untuk menutupi sebagian tubuh saya ?".

"Bukan begitu," kata sang asisten manager dengan malu-malu, "Tapi anda tengkurap santai di atas atap ruang makan kami yang tembus pandang, sehingga restoran kami ramai penonton yang hanya ingin melihat, tanpa memesan makanan."


Cerita Kedua

Seorang wanita pergi ke toko hewan dan melihat seekor betet besar yang indah. Terpampang harganya yang hanya Rp 50 ribu.

"Kok murah?" tanya wanita itu pada pemilik toko.

Si pemilik menjawab,"Begini, pertama-tama saya harus ceritakan dulu bahwa betet ini dulunya dipelihara di rumah bordil, jadi kadang-kadang dia ngomong kata-kata yang lumayan jorok".

Si wanita berpikir sejenak, tapi tetap memutuskan untuk membeli burung yang indah itu. Ia membawanya pulang dan menaruhnya di sangkar, menggantungnya
di ruang tamu dan menunggu burung itu bicara.

Burung itu melihat ke sekeliling ruangan, lalu melihat si wanita, dan berkata, "Rumah baru, germo baru".

Wanita itu merasa kaget, tapi lalu menganggapnya lucu, "Tidak apalah".

Saat dua anak gadisnya pulang dari sekolah, burung itu melihat mereka dan berkata, "Rumah baru, germo baru, perek baru". Gadis-gadis dan wanita itu merasa sedikit tersinggung tapi akhirnya bisa mengerti.

Beberapa saat kemudian suami sang wanita, Tono, datang dari kantor.

Burung itu melihatnya dan berkata, "Eh..., halo Tono.... ketemu lagi..."


Cerita Ketiga

Seorang dokter spesialis anak mencoba beramah tamah dengan pasien-pasiennya sebelum prakteknya dimulai :

Dokter : "Wah, manis sekali nih si kecil, siapa namanya ?"

Pasien 1 : "Dona"

Dokter : "Wah, ibunya pasti ngidam donat ya ! Nah, kalau yg satu ini siapa namanya ?"


Pasien 2 : "Dwi.."
Dokter : "Hhmm.. kalau yg ini ibunya ngidam duit ya..."

Tiba-tiba pasien ketiga langsung lari keluar. Ibunya menarik lengan anaknya
sambil berkata : "ayo TITI, kita pulang saja !!"


Cerita Keempat

Ini merupakan percakapan antara dokter dengan seorang pasien yg terkena muntaber.

Dokter : Sakit apa ?....
Pasien : Anu dok......., mual-mual dan muntah-muntah...!
Dokter : Buang air besarnya bagaimana...?
Pasien : Seperti biasa Dok, jongkok...!


Cerita Kelima

Dalam suatu kontes senjata tajam dunia, tiga orang
finalis lolos. Jago pedang dari Spanyol, samurai jepang dan pendekar silat dari Indonesia.
Di babak final, semua peserta mesti unjuk kemampuan
membunuh seekor lalat.
Kotak lalat dibuka, seekor lalat terbang dengan
lincahnya, sang jago pedang dari Spanyol menghunuskan senjatanya dan mengibasnya cepat. Tubuh lalat itu
terpotong dua. Penonton bersorak mengaguminya.

Giliran samurai jepang menghunuskan senjatanya. Dengan
satu jurus secepat kilat, tanpa ampun tubuh lalat itu terbagi tiga bagian. Tepuk tangan penonton pun membahana, memuji sang samurai.

Kini giliran pendekar silat Madura. Segera ia
menghunus senjata khasnya, clurit. Dengan konsentrasi tinggi beberapa detik, ia kibaskan clurit diudara menyambut lalat yg dilepas. Juri dan penonton yg sejak tadi menahan napas, heran melihat lalatnya tetap utuh dan masih terbang.

Melihat reaksi demikian, sang pendekar segera
berkata, "Sampeyan jangan salah sangka, itu lalat baru saja saya sunat."

DALAM 7 HARI YANG TELAH LALU DAN MUNGKIN AKAN TERULANG


DALAM 7 HARI YANG TELAH LALU DAN MUNGKIN AKAN TERULANG


Hari per-1, tahajudku tetinggal
Dan aku begitu sibuk akan duniaku
Hingga zuhurku, kuselesaikan saat ashar mulai memanggil
Dan sorenya kulewati saja masjid yang mengumandangkan azan magrib
Dengan niat kulakukan bersama isya itupun terlaksana setelah acara tv selesai

Hari ke-2, tahajudku tertinggal lagi
Dan hal yang sama aku lakukan sebagaimana hari pertama

Hari ke-3 aku lalai lagi akan tahujudku
Temanku memberi hadiah novel best seller yang lebih dr 200 hlmn
Dalam waktu tidak 1 hari aku telah selesai membacanya
Tapi... enggan sekali aku membaca Al-qur'an walau cuma 1 juzz
Al-qur'an yg 114 surat , hanya 1,2 surat yang kuhapal itupun
dengan terbata-bata
Tapi... ketika temanku bertanya ttg novel tadi betapa mudah dan
lancarnya aku menceritakan

Hari ke-4 kembali aku lalai lagi akan tahajudku
Sorenya aku datang ke selatan Jakarta dengan niat mengaji
Tapi kubiarkan ustazdku yang sedang mengajarkan kebaikan
Kubiarkan ustadzku yang sedang mengajarkan lebih luas tentang agamaku
Aku lebih suka mencari bahan obrolan dengan teman yg ada disamping
kiri & kananku
Padahal bada magrib tadi betapa sulitnya aku merangkai Kata-kata untuk kupanjatkan saat berdoa


Hari ke-5 kembali aku lupa akan tahajudku
Kupilih shaf paling belakang dan aku mengeluh saat imam sholat jum'at kelamaan bacaannya
Padahal betapa dekat jaraknya aku dengan televisi dan betapa
nikmat & serunya saat perpanjangan waktu sepak bola favoritku tadi malam

Hari ke-6 aku semakin lupa akan tahajudku
Kuhabiskan waktu di mall & bioskop bersama teman2ku
Demi memuaskan nafsu mata & perutku sampai puluhan ribu tak terasa keluar
Aku lupa.. waktu diperempatan lampu merah tadi

Saat wanita tua mengetuk kaca mobilku
Hanya uang dua ratus rupiah kuberikan itupun tanpa menoleh

Hari ke-7 bukan hanya tahajudku tapi shubuhkupun tertinggal
Aku bermalas2an ditempat tidurku menghabiskan waktu
Selang beberapa saat dihari ke-7 itu juga
Aku tersentak kaget mendengar khabar temanku kini
Telah terbungkus kain kafan padahal baru tadi malam aku
bersamanya & ¾ malam tadi dia dengan misscallnya mengingat aku ttg tahajud

kematian, kenapa aku baru gemetar mendengarnya?
Padahal dari dulu sayap2nya selalu mengelilingiku dan
Dia bisa hinggap kapanpun dia mau

¼ abad lebih aku lalai....
Dari hari ke hari, bulan dan tahun
Yang wajib jarang aku lakukan apalagi yang sunah
Kurang mensyukuri walaupun KAU tak pernah meminta
Berkata kuno akan nasehat ke-2 orang tuaku
Padahal keringat & airmatanya telah terlanjur menetes demi aku

Tuhan andai ini merupakan satu titik hidayah
Walaupun imanku belum seujung kuku hitam
Aku hanya ingin detik ini hingga nafasku yang saat nanti tersisa
Tahajud dan sholatku meninggalkan bekas
Saat aku melipat sajadahku.....
Amin....

HIDUP HANYA SEBUAH PERJALANAN


Dulu, ada seorang Kaisar yg mengatakan pada seorang penunggang kuda,bahwa jika dia bisa menjelajahi daerah seluas apapun, maka Kaisar akan memberikan kepadanya daerah seluas yg sanggup dijelajahinya itu. Kontan si penunggang kuda itu melompat ke punggung kudanya & melesat secepat mungkin untuk menjelajahi dataran seluas mungkin.

Dia melaju & terus melaju, melecuti kudanya untuk lari secepat mungkin untuk menjelajahi dataran seluas mungkin. Ketika lapar & letih, dia tidak berhenti untuk makan dan minum karena dia mau memiliki tanah yg mahaseluas. Akhirnya tiba ia pada suatu tempat setelah berhasil menjelajahi daerah cukup luas, tetapi ia sudah sangat lelah & hampir mati. Lalu dia berkata terhadap dirinya sendiri, "Mengapa aku paksa diri begitu keras untuk menguasai tanah yg seluas ini? Kini aku sudah sekarat, & hampir mati&aku hanya butuh tanah seluas 2 meter untuk menguburkan diriku sendiri.

Cerita ini mirip dgn perjalanan hidup kita. Kita cenderung memaksa diri sangat keras tiap hari untuk mencari uang, kuasa, dan keyakinan diri. Kita cenderung mengabaikan kesehatan kita, waktu bersama keluarga, dan kesempatan mengagumi keindahan di sekeliling kita, hal-hal yg ingin kita lakukan. Kita cenderung mengabaikan kehidupan rohani kita. Kita cenderung tidak memikirkan dengan serius hidup kita sesudah mati. Anda percaya ada kehidupan sesudah mati? Suatu hari ketika kita menoleh ke belakang, kita akan melihat betapa kita tidak membutuhkan sebanyak itu, tapi kita tidak mampu memutar mundur waktu atas semua hal yg tidak sempat lakukan. Maka mulai saat ini luangkanlah waktu memikirkan sejenak hal yg akan terjadi jika kita mati kelak. Atau apa yg akan kita lakukan saat ini seandainya kita tahu bahwa kita akan meninggal dalam waktu seminggu lagi? Sebulan lagi? Setahun lagi? 10 tahun lagi? Atau 40 tahun lagi? Bukankah suatu hal yg menyenangkan sekaligus menyeramkan seandainya kita bisa mengetahui kapan kita akan mati?

Cuma kita tidak tahu, kita semua tidak ada yg tahu. Kita hanya bisa bersiap meninggalkan semuanya. Jalanilah hidup yg seimbang, belajarlah menghargai dan menikmati hidup ini apa adanya, dan terutama: TAHU APA YG TERPENTING DALAM HIDUPMU.

(Sumber : dari seorang kawan)


Kamis, 10 Juli 2008

My great tengger


Dari Sukapura ke Gunung Bromo (tengger) kurang lebih 24 km, kita bisa sampai sana dengan naik angkutan umum baik dari Terminal Probolinggo - Sukapura - Ngadisari - Bromo atau lewat Pasuruan - Penanjakan - Bromo kalo dari Malang jadi tdk usah mutar ke Probolinggo malah lebih dekat. Udara disini kalo kita baru pertama ke Bromo terasa sangat dingin (bahkan menggigil) tapi karena suasana hati lg penasaran & happy semua terasa sirna sudah.

Kalo kita bisa sampai pagi dan langsung mendaki Bromo kita bisa menikmati indahnya matahari terbit di ufuk timur nan elok. Kelelahan yg ada akan sirna bersama desahan subhanallah "maha suci Allah" yang menciptakan pemandangan demikian indahnya. Kita akan merasa betapa indah pemandangan di hadapan ini, angin dingin terasa hangat seiring dengan belaian sang surya. Yaa Allah aku kangen banget kesana (Bromo) saat dimana pertama kali aku mendaki puncak di th 1990an saat aku, adiekku Edi dan kekasihku Ruri berkuda dari lereng Tengger ke kaki Gunung Bromo. Tak terasa sudah demikian lamanya tidak kesana lagi sampai ada si kecil tercinta Yayan n Naufal, sementara adiekku Edi sdh mo nikah.

Insya Allah Juli 2008 ini aku sempatkan sana ma keluarga besarku, semoga kenangan indah di Bromo senantiasa ada dan sama dengan waktu kecilku dulu. Aku akan ceritakan nanti disini lebih detail lagi buatmu Diaryku.

Love Bromo
Bambang Suaharto