Rabu, 10 November 2010

Jual Kavlingan punya sendiri luas 300m2

http://properti.tokobagus.com/tanah/jual-kavlingan-siap-bangunbuat-investasi-luas-tana-1049836.html

Apa : Dijual Kavlingan Murah siap bangun atau buat investasi, ada AJB

Luas : 300 m2, per kavlingnya 10x15m

Dimana : Selatan Pasar Baru Desa Sebaung Kec.Gending Kab.Probolinggo. Dari Pasar 100M saja

Kondisi Kavlingan : Tanah Kering, Jalan lebar 6-8 meter, dari jalan Asphal 25 meter, dekat Pasar Tradisional, Air Sumur mudah dan jernih (sudah pernah buat sumurnya), Sudah ada 3 rumah yang bangun, Jauh dari Pabrik Gula Gending, Angdes bisa masuk sampai pasar, dekat ke SD,SMP dan SMA, keKota Probolinggo mudah naik angdes sekali trs bis.

Khusus bagi Pembeli Serius, Kavlingan milik sendiri bukan dagang dan siap balik nama akan dibantu ke Notaris setempat (dijamin ga mahal dibwh 1jt) proses cepat.

Yang serius saja call : 08123453747 Rumah: 0335-6864812

2010-11-10 at 07:53:38

Selasa, 28 September 2010

Kisah Nabi Muhammad SAW Menjelang Wafat

Betapa mulia dan indahnya akhlak baginda Ya Rasulullah SAW Mengingatkan kita sewaktu sakratul maut.

Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbata memberikan petuah, "Wahai
umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka
taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua hal pada kalian, sunnah
dan Al Qur'an. Barang siapa mencintai sunnahku, berati mencintai aku
dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan bersama-sama masuk surga
bersama aku."

Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang teduh
menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan
berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan napas dan tangisnya.
Ustman menghela napas panjang dan Ali menundukkan kepalanya
dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba.

"Rasulullah akan meninggalkan kita semua," desah hati semua sahabat kala
itu. Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia.
Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap
menangkap Rasulullah yang limbung saat turun dari mimbar.

Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan
detik-detik berlalu, kalau bisa. Matahari kian tinggi, tapi pintu
Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang
terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah
kurma yang menjadi alas tidurnya.

Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan
salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak
mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah
yang membalikkan badan dan menutup pintu.

Kemudian ia kembali menemani
ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah,
"Siapakah itu wahai anakku?"."Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru
sekali ini aku melihatnya,"tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah
menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan.Seolah-olah
bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang.

"Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara,
dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut," kata Rasulullah,Fatimah pun menahan ledakan tangisnya.

Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa
Jibril tidak ikut bersama menyertainya. Kemudian dipanggillah Jibril
yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih
Allah dan penghulu dunia ini. " Jibril, jelaskan apa hakku nanti di
hadapan Allah?" Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah.
"Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti rohmu.
Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril. Tapi itu
ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh
kecemasan.

"Engkau tidak senang mendengar khabar ini?" Tanya Jibril lagi.
"Khabarkan
kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?" "Jangan khawatir, wahai Rasul
Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: Kuharamkan surga
bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata
Jibril. Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas.
Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah
bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang."Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini."

Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka. "Jijikkah kau
melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada
Malaikat pengantar wahyu itu. "Siapakah yang sanggup, melihat kekasih
Allah direnggut ajal," kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar
Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak tertahankan lagi. "Ya
Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini
kepadaku, jangan pada umatku. "Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan
dadanya sudah tidak bergerak lagi.

Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali mendekatkan telinganya."Uushiikum bis-shalaati, wamaa malakat aimaanukum -
peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu." Di
luar, pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling
berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali
mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.
"Ummatii, ummatii, ummatiii!" - "Umatku, umatku, umatku"

Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allaahumma sholli 'alaa Muhammad
wa'alaihi wasahbihi wasallim. Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.

Usah gelisah apabila dibenci manusia kerana masih banyak yang
menyayangimu di dunia, tapi gelisahlah apabila dibenci Allah kerana
tiada lagi yang mengasihmu di akhirat kelak.

MENGAPA TIDAK MULAI MENJUAL DIRI ANDA ?

Banyak orang gelisah karena merasa kesulitan untuk mempengaruhi lingkungannya atau bahkan susah sekali menimbulkan image positif yang “layak untuk dijual”. Seorang calon karyawan susah mendapatkan impressi positif bagi pewawancaranya, seorang tokoh susah meluaskan jaringan pengaruhnya, seorang guru susah mendapatkan perhatian dari muridnya, seorang atasan susah mendapatkan komitmen dari bawahannya, seorang artis susah mendapatkan rating tinggi untuk pesonanya, dan masih banyak lagi keluhan yang saya dengar dalam berbagai seminar yang saya laksanakan.


Ada beberapa langkah untuk mempermudah kesulitan tersebut,


Pertama : Knowing Ur Self.


Tidak ada orang yang selayaknya memahami kita melebihi diri kita sendiri. Dengan memahami kelebihan dan kelemahan diri kita sendiri akan menajamkan langkah-langkah kita dalam meraih kesuksesan. Cara untuk mengenali diri kita dapat dilakukan dengan dua langkah. Langkah pertama adalah “bercermin”, melakukan dialog dengan diri kita sendiri tentang kelebihan yang kita miliki dengan mengingat hal-hal sukses yang pernah kita alami dan factor penyebabnya pada saat itu. Langkah kedua adalah “meminta feedback”, meminta orang lain untuk membuat gambar tentang siapa diri kita menurut persepsinya, jangan pernah ditolak hal negative yang kita dengar dari mereka, karena ini adalah umpan balik yang sangat obyektif dari titik pandang subyektif. Temui beberapa orang dalam lingkungan dan jenis pergaulan yang berbeda, semakin luas are pemberi feed back maka tingkat kebenarannya akan menjadi lebih valid.


Kedua : Seek First To Understand, than to be Understood.


Mempengaruhi orang lain adalah tentang memahaminya lebih dalam. Ego dominan kita selalu saja dahaga untuk menjadi faktor terpenting dalam setiap pergaulan kita. Jika kita memuaskannya maka ada orang lain yang space dominasinya terkurangi. Dengan berlaku emphatik sesungguhnya kita sedang menebarkan jala perhatian untuk orang lain. Bukankah kita selalu bersahabat nyaman dengan orang yang mau mendengar dan mengerti kita dengan baik ?.


Ketiga : Idea behind the mindset,



Tanpa kita sadari orang akan lebih mudah setuju jika sebagian kesepakatan yang kita buat adalah hasil pemikirannya juga. Jangan terlalu banyak membuang tenaga untuk membuat orang lain mengerti dan bersepakat atas ide kita, tetapi gunakan sedikit usaha untuk mencari titik awal persamaan yang ada di balik fikiran orang yang berkomunikasi dengan kita. Kenyataan mengatakan bahwa kita akan memiliki komitmen terhadap langkah dan pemikiran dari orang yang banyak memiliki kesamaan dengan kita.


Keempat : Focus On Them,


Minimalisir membahas dan menjual tentang kepentingan ”saya”, fokuskan seluruh dialog berbasis kebutuhan mereka atau orang lain (komunitas atau orang yang anda ajak berkomunikasi). Orang senang membahas masalahnya sendiri bukan, jadi anda akan spesial jika anda memberikan langkah untuk solusi orang lain.


Kelima : It’s good to be different,


Ini tidak berbicara tentang pola fikir atau penampilan. Menjadi berbeda adalah tentang pendekatan. Jika anda ingin lebih dekat maka pendekatan anda harus berbeda. Cara mendekati dan cara menyampaikan yang berbeda akan menimbulkan impresi khusus. Tukul Arwana sukses karena cara mendekati audience dan cara menyampaikan talk show yang berbeda, orang lain sibuk membuat image tetapi Tukul larut dalam image yang bergerak di benak audience-nya.


Keenam : Snow Ball of Emotional Banking Account,



Mempengaruhi adalah menggerakkan bola salju bukan sebuah usaha jangka pendek untuk brain washing. Komunikasi yang ideal adalah menggerakkan impresi positif dari orang dengan cara menabung hal positif dan menggerakkan orang lain untuk bercerita tentang hal positif yang dia rasakan. Kesuksesan selalu diiringi testimoni, testimoni harus disebar luaskan dalam pembahasaan yang santun. Testimoni harus disiram lagi dengan tindakan atau perkataan positif selanjutnya. Buat sebanyak mungkin orang bertestimoni tentang anda dan yakinkan orang yang mendengar hal positif dari anda mendengar atau melihat kembali hal positif yang pernah anda lakukan. Melakukan hal yang positif sama dengan menabung di rekening bank emosi orang lain.


Ketujuh : Always stand at the mailstone,


Mempengaruhi dan membuat image positif adalah berbicara tentang konsistensi berbuat maupun mengatakan. Anda harus menandai titik suskes terakhir sebagai titik awal untuk langkah selanjutnya. Banyak orang gagal dalam mempertahankan positif image karena gagal dalam hal kecil setelah melakukan banyak hal besar. Mereka lupa menancapkan tonggak suksesnya sebagai sebuah pegangan berfikir atau menilai ole orang lain.


Kedelapan : What do U want,



Apa yang anda inginkan harus sangat jelas, anda ingin dikenal sebagai apa harus sangat jelas, apa yang anda inginkan orang lain fikirkan atas anda harus sangat jelas. Oleh sebab itu ”sebutan anda” harus sangat jelas. Boleh sama dengan orang lain tapi anda harus memperjelas ”jenis kelamin” anda. Misalnya Anda katakan ”Saya seorang artis” (orang masih bingung), anda perjelas lagi ”Saya seorang artis yang lucu” (mungkin orang lebih mengenali apa yang ingin anda jual). Contoh lain : ”Saya seorang calon karyawan yang pintar” (orang masih bingung), anda perjelas lagi ”Saya seorang calon karyawan yang pintar membuat program komputer” (mungkin orang lebih mengenali apa yang ingin anda jual).

”Kesuksesan adalah hasil dari bagaimana anda menjual diri anda, bagaimana membuat orang lain tahu tentang apa yang anda bisa.”

Mengapa tidak mulai menjual diri anda?

Semoga bermanfaat,

Selamat menjalani hari dengan penuh rahmat,

Salam,

Christin
3B Consulting
Telp. 021-32540102
HP. 0815 1427 9897
Email: christin@3b.co.id
www.3b.co.id

General Check Up untuk Keuangan Anda


KOMPAS.com - Kenapa Anda ke dokter? Karena Anda tidak ingin sakit, tentunya. Nah, general check-up bukan hanya dibutuhkan oleh tubuh, tetapi juga oleh kondisi keuangan. Kapan terakhir Anda melakukan check up terhadap kondisi keuangan Anda?

Hitung ulang berapa penghasilan Anda per bulan, lalu hitung juga berapa total pengeluaran per bulan. Apakah hasilnya masih surplus? Kalau ya berapa persen, surplus Anda dibandingkan dengan total penghasilan. Atau malah defisit? Berapa besar? Lalu bagaimana cara Anda menutupi defisit tersebut? Sangat mungkin Anda berutang, misalnya dengan menggunakan kartu kredit. Kalau situasi ini berlangsung terus, berarti keuangan Anda memang ”sakit” dan akan menjadi masalah besar jika terus dibiarkan. Agar tidak menjadi masalah, coba cermati dulu bagaimana kondisi kesehatan keuangan Anda dengan menjawab beberapa pertanyaan di atas.

Yang utama adalah, apakah keuangan Anda setiap bulan mengalami surplus atau defisit. Umpamakan penghasilan Anda Rp 10 juta. Lalu biaya pengeluaran, termasuk untuk membayar utang, adalah sebesar Rp 10 juta juga, atau malah lebih. Kalau faktanya seperti ini, kondisi keuangan Anda berada dalam keadaan tertekan. Kenapa? Karena untuk menutupi biaya pengeluaran saja, penghasilan Anda sudah tidak memadai.

Lalu apa solusinya? Naikkan penghasilan dan atau kurangi pengeluaran. Untuk menaikkan penghasilan memang bukan perkara mudah. Akan tetapi, untuk mengurangi pengeluaran bukan pula tidak mungkin. Salah satu caranya adalah dengan mengurangi angsuran utang Anda. Nilai angsuran diturunkan sehingga Anda masih memiliki cash flow positif. Memang, di sisi lain, utang Anda boleh jadi akan lebih lama lunasnya. Namun, paling tidak, pengeluaran Anda lebih kecil ketimbang penghasilan. Akan tetapi, ini pun dengan catatan Anda tidak membuat utang baru.

Jika realitasnya adalah sebagaimana dipaparkan di atas, apakah kondisi keuangan Anda tergolong sehat? Kondisi keuangan seperti itu masih dalam keadaan kurang sehat. Artinya, cash flow Anda tidak defisit, tetapi tidak ada dana lebih yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan keuangan Anda. Dengan kata lain, kondisi keuangan Anda akan seperti itu seterusnya. Aset juga tidak akan bertambah.

Fase sehat
Bagaimana agar kondisi keuangan bisa masuk dalam fase cukup sehat? Harus ada surplus yang bisa dialokasikan untuk mencapai suatu tujuan keuangan. Seperti contoh di atas, katakanlah penghasilan Anda sebesar Rp 10 juta. Lalu, katakanlah Anda lebih hemat sehingga pengeluaran Anda umpamakan hanya sebesar Rp 7 juta per bulan. Berarti, Anda memiliki surplus sebesar Rp 3 juta.

Apakah kondisi keuangan seperti ini sudah bisa dianggap sehat? Tunggu dulu. Cek lagi tujuan keuangan Anda. Katakanlah dalam dalam 5 tahun mendatang Anda ingin memiliki aset senilai Rp 300 juta. Berarti, setiap tahun Anda mesti mengalokasikan Rp 60 juta. Dengan kata lain, setiap bulan mesti tersedia Rp 5 juta. Padahal, surplus yang Anda miliki hanya sebesar Rp 3 juta. Konkretnya, meskipun setiap bulan keuangan Anda surplus, tetapi tujuan keuangan Anda 5 tahun mendatang tidak akan tercapai.

Lantas di mana masalahnya? Surplus Anda kurang besar. Ini bisa terjadi karena struktur pengeluaran Anda yang masih kurang optimal. Kurangi pengeluaran yang kurang perlu. Mungkin Anda mengatakan semua pengeluaran Anda adalah perlu. Oke, itu hak Anda. Akan tetapi, coba cek, dalam struktur pengeluaran Anda ada komponen biaya konsumsi dan juga komponen utang. Bagaimana strategi keuangan Anda dalam menyelesaikan utang?

Jika Anda mampu mengurangi biaya konsumsi dan pembayaran utang Anda sebesar Rp 2 juta per bulan, Anda akan memperoleh surplus sebesar Rp 3 juta + Rp 2 juta, atau sejumlah Rp 5 juta. Namun, di sisi lain, tentu saja konsumsi Anda mesti dikorbankan dan utang Anda masih akan terus berlangsung. Akan tetapi, tidak mengapa, sepanjang Anda mampu melunasinya kendati dalam waktu yang cukup panjang.

Dana darurat
Jika Anda mampu melakukan langkah di atas, kondisi keuangan Anda berada dalam kategori cukup sehat. Ya, cash flow Anda tidak defisit dan memiliki surplus untuk mencapai tujuan keuangan yang masih sederhana. Namun, keuangan Anda tetap belum aman. Kenapa? Karena Anda belum memiliki yang namanya emergency fund dan dana darurat.

Pernahkah Anda terpikir kalau tiba-tiba terjadi krisis ekonomi, lalu perusahaan tempat Anda bekerja bangkrut dan Anda mengalami PHK? Semua itu memang tidak diinginkan. Akan tetapi, sekali lagi, hal tidak terduga bisa saja terjadi. Oleh karena itu, Anda mesti berjaga-jaga dalam bentuk emergency fund. Berapa besar? Tergantung Anda. Namun, lazimnya, nilai dana yang tersimpan dalam rekening emerging fund harus sekitar 6 bulan penghasilan. Kenapa 6 bulan? Karena dalam kurun waktu 6 bulan diharapkan Anda sudah memperoleh pekerjaan baru.

Kesimpulannya, kondisi keuangan baru bisa dianggap sehat jika cash flow keseharian Anda positif, memiliki surplus dana yang dialokasikan untuk mencapai tujuan keuangan di masa mendatang, baik melalui tabungan maupun investasi lainnya, dan juga memiliki alokasi dana untuk berjaga-jaga. Namun, mesti diingat, ketiga hal di atas tidak diukur dari nilai nominal, melainkan dari perspektif tujuan keuangan pribadi.

(Elvyn G Masassya, praktisi keuangan)

http://female.kompas.com/read/xml/2010/09/01/08550012/General.Check.Up.untuk.Keuangan.Anda

Jumat, 20 Agustus 2010

BOHONG MENJADI DEBU

Secret: Kesaksian Iblis
by Iyak Cukupanik on Thursday, August 19, 2010 at 11:38pm
Di bulan Ramadhan ini mari kita manfaatkan saatnya untuk introspeksi diri dengan jujur & iklas. Semoga hadits berikut ini bisa menjadi suatu barometer & pedoman demi menyelamatkan diri kita dan orang lain. Kehidupan dunia hanya sesaat & kehidupan akhirat adalah abadi.Hadits ini agak panjang semoga kita dapat membacanya sampai akhir.
Dari Muadz bin Jabal dari Ibn Abbas:
Ketika kami sedang bersama Rasulullah SAW di kediaman seorang sahabat Anshar, tiba-tiba terdengar panggilan seseorang dari luar rumah: "Wahai penghuni rumah, bolehkah aku masuk? Sebab kalian akan membutuhkanku." Rasulullah bersabda: "Tahukah kalian siapa yang memanggil?" Kami menjawab: "Allah dan rasulNya yang lebih tahu". Beliau melanjutkan, "Itu iblis, laknat Allah bersamanya".
Umar bin Khattab berkata: "izinkan aku membunuhnya wahai Rasulullah". Nabi menahannya: "Sabar wahai Umar, bukankah kamu tahu bahwa Allah memberinya kesempatan hingga hari kiamat? Lebih baik bukakan pintu untuknya, sebab dia telah diperintahkan untuk ini, pahamilah apa yang hendak ia katakan dan dengarkan dengan baik."
Ibnu Abbas RA berkata: pintu lalu dibuka, ternyata dia seperti seorang kakek yang cacat satu matanya. Di janggutnya terdapat 7 helai rambut seperti rambut kuda, taringnya terlihat seperti taring babi, bibirnya seperti bibir sapi. Iblis berkata: "Salam untukmu Muhammad. Salam untukmu para hadirin",Rasulullah SAW lalu menjawab: "Salam hanya milik Allah SWT. Sebagai mahluk terlaknat, apa keperluanmu?" Iblis menjawab: "Wahai Muhammad, aku datang ke sini bukan atas kemauanku, namun karena terpaksa". "Siapa yang memaksamu? " "Seorang malaikat utusan Allah mendatangiku dan berkata: Allah SWT memerintahkanmu untuk mendatangi Muhammad sambil menundukkan diri. Beritahu Muhammad tentang caramu dalam menggoda manusia. Jawabalah dengan jujur semua pertanyaannya. Demi kebesaran Allah, andai kau berdusta satu kali saja, maka Allah akan jadikan dirimu debu yang ditiup angin".
"Oleh karena itu aku sekarang mendatangimu. Tanyalah apa yang hendak kau tanyakan. jika aku berdusta, aku akan dicaci oleh setiap musuhku. Tidak ada sesuatu pun yang paling besar menimpaku daripada cacian musuh".
Orang yang Dibenci Iblis
Rasulullah SAW lalu bertanya kepada Iblis: "Kalau kau benar jujur, siapakah manusia yang paling kau benci?" Iblis segera menjawab: "Kamu, kamu dan orang sepertimu adalah mahkluk Allah yang paling aku benci.""Siapa selanjutnya?" tanya Rasulullah."Pemuda yang bertakwa yang memberikan dirinya mengabdi kepada Allah SWT.""Lalu siapa lagi?""Orang Alim dan wara' (Loyal)""Lalu siapa lagi?""Orang yang selalu bersuci.""Siapa lagi?""Seorang fakir yang sabar dan tak pernah mengeluhkan kesulitannnya kepada orang lain.""Apa tanda kesabarannya?"" Wahai Muhammad, jika ia tidak mengeluhkan kesulitannya kepada orang lain selama 3 hari, Allah akan memberi pahala orang-orang yang sabar"."Selanjutnya apa?""Orang kaya yang bersyukur""Apa tanda kesyukurannya?""Ia mengambil kekayaannya dari tempatnya, dan mengeluarkannya juga dari tempatnya.""Orang seperti apa Abu Bakar menurutmu?""Ia tidak pernah menurutiku di masa jahiliyah, apalagi dalam Islam.""Umar bin Khattab?""Demi Allah setiap berjumpa dengannya aku pasti kabur.""Usman bin Affan?""Aku malu kepada orang yang malaikat pun malu kepadanya.""Ali bin Abi Thalib?"" Aku berharap darinya agar kepalaku selamat, dan berharap ia melepaskanku dan aku melepaskannya. Tetapi ia tak akan mau melakukan itu." (Ali bin Abi Thalib selau berdzikir terhadap Allah SWT)
Amalan yang Dapat Menyakiti Iblis
"Apa yang kau rasakan jika melihat seseorang dari umatku yang hendak saalat?""Aku merasa panas dingin dan gemetar.""Kenapa?""Sebab, setiap seorang hamba bersujud 1x kepada Allah, Allah mengangkatnya 1 derajat.""Jika seorang umatku berpuasa?""Tubuhku terasa terikat hingga ia berbuka.""Jika ia berhaji?""Aku seperti orang gila.""Jika ia membaca Alquran?""Aku merasa meleleh laksana timah di atas api.""Jika ia bersedekah?""Itu sama saja orang tersebut membelah tubuhku dengan gergaji.""Mengapa bisa begitu?""Sebab dalam sedekah ada 4 keuntungan baginya. yaitu keberkahan dalam hartanya, hidupnya disukai, sedekah itu kelak akan menjadi hijab antara dirinya dengan api neraka dan segala macam musibah akan terhalau dari dirinya.""Apa yang dapat mematahkan pinggangmu?""Suara kuda perang di jalan Allah.""Apa yang dapat melelehkan tubuhmu?""Taubat orang yang bertaubat.""Apa yang dapat membakar hatimu?""Istighfar di waktu siang dan malam.""Apa yang dapat mencoreng wajahmu?""Sedekah yang diam - diam.""Apa yang dapat menusuk matamu?""Salat fajar""Apa yang dapat memukul kepalamu?""Saalat berjamaah.""Apa yang paling mengganggumu?""Majelis para ulama.""Bagaimana cara makanmu?""Dengan tangan kiri dan jariku.""Dimanakah kau menaungi anak - anakmu di musim panas?""Di bawah kuku manusia."
Manusia yang Menjadi Teman Iblis
Nabi lalu bertanya: "Siapa temanmu wahai Iblis?""Pemakan riba""Siapa sahabatmu?""Pezina""Siapa teman tidurmu?""Pemabuk""Siapa tamumu?""Pencuri""Siapa utusanmu?""Tukang sihir""Apa yang membuatmu gembira?""Bersumpah dengan cerai""Siapa kekasihmu?""Orang yang meninggalkan salat Jumaat""Siapa manusia yang paling membahagiakanmu?""Orang yang meninggalkan salatnya dengan sengaja"
Iblis Tidak Berdaya di Hadapan Orang Ikhlas
Rasulullah SAW lalu bersabda: "Segala puji bagi Allah yang telah membahagiakan umatku dan menyengsarakanmu."Iblis segera menimpali: " tidak, tidak. Tak akan ada kebahagiaan selama aku hidup hingga hari akhir. Bagaimana kau bisa berbahagia dengan umatmu, sementara aku bisa masuk ke dalam aliran darah mereka dan mereka tak bisa melihatku.Demi yang menciptakan diriku dan memberikan ku kesempatan hingga hari akhir, aku akan menyesatkan mereka semua. Baik yang bodoh, atau yang pintar, yang bisa membaca dan tidak bisa membaca, yang durjana dan yang saleh, kecuali hamba Allah yang ikhlas."
"Siapa orang yang ikhlas menurutmu?""Tidakkah kau tahu wahai Muhammad, bahwa barang siapa yang menyukai emas dan perak, ia bukan orang yang ikhlas. Jika kau lihat seseorang yang tidak menyukai dinar dan dirham, tidak suka pujian dan sanjungan, aku bisa pastikan bahwa ia orang yang ikhlas, maka aku meninggalkannya. Selama seorang hamba masih menyukai harta dan sanjungan dan hatinya selalu terikat dengan kesenangan dunia, ia sangat patuh padaku."
Iblis Dibantu oleh 70.000 anak - anaknya
Tahukah kamu Muhammad, bahwa aku mempunyai 70.000 anak. Dan setiap anak memiliki 70.000 syaithan. Sebagian ada yang aku tugaskan untuk mengganggu ulama. Sebagian untuk menggangu anak-anak muda, sebagian untuk menganggu orang-orang tua, sebagian untuk menggangu wanta-wanita tua, sebagian anak-anakku juga aku tugaskan kepada para Zahid.
Aku punya anak yang suka mengencingi telinga manusia sehingga ia tidur pada salat berjamaah. Tanpanya, manusia tidak akan mengantuk pada waktu salat berjamaah.Aku punya anak yang suka menaburkan sesuatu di mata orang yang sedang mendengarkan ceramah ulama hingga mereka tertidur dan pahalanya terhapus.Aku punya anak yang senang berada di lidah manusia. Jika seseorang melakukan kebajikan lalu ia beberkan kepada manusia, maka 99% pahalanya akan terhapus.Pada setiap seorang wanita yang berjalan, anakku dan syaithan duduk di pinggul dan pahanya, lalu menghiasinya agar setiap orang memandanginya.
Syaithan juga berkata, "keluarkan tanganmu", lalu ia mengeluarkan tangannya lalu syaithan pun menghiasi kukunya. Mereka, anak-anakku selalu meyusup dan berubah dari satu kondisi ke kondisi lainnya, dari satu pintu ke pintu yang lainnya untuk menggoda manusia hingga mereka terhempas dari keikhlasan mereka.Akhirnya mereka menyembah Allah tanpa ikhlas, namun mereka tidak merasa.Tahukah kamu, Muhammad? bahwa ada rahib yang telah beribadat kepada Allah selama 70 tahun. Setiap orang sakit yang didoakan olehnya, sembuh seketika. Aku terus menggodanya hingga ia berzina, membunuh dan kufur.
Cara Iblis Menggoda
Tahukah kau Muhammad, dusta berasal dari diriku?Akulah mahluk pertama yang berdusta.Pendusta adalah sahabatku. barangsiapa bersumpah dengan berdusta, ia kekasihku.Tahukah kau Muhammad?Aku bersumpah kepada Adam dan Hawa dengan nama Allah bahwa aku benar-benar menasihatinya. Sumpah dusta adalah kegemaranku. Ghibah (gosip) dan Namimah (adu domba) kesenanganku. Kesaksian palsu kegembiraanku. Orang yang bersumpah untuk menceraikan istrinya ia berada di pinggir dosa walau hanya sekali dan walaupun ia benar. Sebab barang siapa membiasakan dengan kata-kata cerai, isterinya menjadi haram baginya. Kemudian ia akan beranak cucu hingga hari kiamat. Jadi semua anak-anak zina dan ia masuk neraka hanya karena satu kalimat, Cerai.
Wahai Muhammad, umatmu ada yang suka mengulur ulur salat. Setiap ia hendak berdiri untuk salat, aku bisikan padanya waktu masih lama, kamu masih sibuk, lalu ia manundanya hingga ia melaksanakan salat di luar waktu, maka shalat itu dipukulkannya kemukanya.
Jika ia berhasil mengalahkanku, aku biarkan ia salat. Namun aku bisikkan ke telinganya 'lihat kiri dan kananmu', ia pun menoleh. Pada saat itu aku usap dengan tanganku dan kucium keningnya serta aku katakan 'salatmu tidak sah'. Bukankah kamu tahu Muhammad, orang yang banyak menoleh dalam salatnya akan dipukul.
Jika ia salat sendirian, aku suruh dia untuk bergegas. Ia pun salat seperti ayam yang mematuk beras.
Jika ia berhasil mengalahkanku dan ia salat berjamaah, aku ikat lehernya dengan tali, hingga ia mengangkat kepalanya sebelum imam, atau meletakkannya sebelum imam.Kamu tahu bahwa melakukan itu batal salatnya dan wajahnya akan diubah menjadi wajah keledai.
Jika ia berhasil mengalahkanku, aku tiup hidungnya hingga ia menguap dalam salat.Jika ia tidak menutup mulutnya ketika menguap, syaithan akan masuk ke dalam dirinya, dan membuatnya menjadi bertambah serakah dan gila dunia. Dan ia pun semakin taat padaku.
Kebahagiaan apa untukmu, sedangan aku memerintahkan orang miskin agar meninggalkan salat. Aku katakan padanya, "kamu tidak wajib salat, salat hanya wajib untuk orang yang berkecukupan dan sehat. Orang sakit dan miskin tidak. Jika kehidupanmu telah berubah baru kau salat."Ia pun mati dalam kekafiran. Jika ia mati sambil meninggalkan salat maka Allah akan menemuinya dalam kemurkaan.
Wahai Muhammad, jika aku berdusta Allah akan menjadikanku debu.Wahai Muhammad, apakah kau akan bergembira dengan umatmu padahal aku mengeluarkan seperenam mereka dari Islam?"
10 Permintaan Iblis kepada Allah SWT
"Berapa yang kau pinta dari Tuhanmu?""10 macam""Apa saja?""Aku minta agar Allah membiarkanku berbagi dalam harta dan anak manusia, Allah mengizinkan. Allah berfirman, "Berbagilah dengan manusia dalam harta dan anak. Dan janjikanlah mereka, tidaklah janji setan kecuali tipuan." (QS Al-Isra :64)Harta yang tidak dizakatkan, aku makan darinya. Aku juga makan dari makanan haram dan yang bercampur dengan riba. Aku juga makan dari makanan yang tidak dibacakan nama Allah.
Aku minta agar Allah membiarkanku ikut bersama dengan orang yang berhubungan dengan istrinya tanpa berlindung dengan Allah. Maka setan ikut bersamanya dan anak yang dilahirkan akan sangat patuh kepada syaithan.
Aku minta agar bisa ikut bersama dengan orang yang menaiki kendaraan bukan untuk tujuan yang halal. Aku minta agar Allah menjadikan kamar mandi sebagai rumahku.Aku minta agar Allah menjadikan pasar sebagai masjidku. Aku minta agar Allah menjadikan syair sebagai Quranku. Aku minta agar Allah menjadikan pemabuk sebagai teman tidurku. Aku minta agar Allah memberikanku saudara, maka Ia jadikan orang yang membelanjakan hartanya untuk maksiat sebagai saudaraku.
Allah berfirman, "Orang - orang boros adalah saudara - saudara syaithan. " (QS Al-Isra : 27)
Wahai Muhammad, aku minta agar Allah membuatku bisa melihat manusia sementara mereka tidak bisa melihatku. Dan aku minta agar Allah memberiku kemampuan untuk mengalir dalam aliran darah manusia. Allah menjawab, "silahkan", aku bangga dengan hal itu hingga hari kiamat. Sebagian besar manusia bersamaku di hari kiamat.Iblis berkata: "Wahai Muhammad, aku tak bisa menyesatkan orang sedikitpun, aku hanya bisa membisikan dan menggoda."
Jika aku bisa menyesatkan, tak akan tersisa seorangpun. Sebagaimana dirimu, kamu tidak bisa memberi hidayah sedikitpun, engkau hanya rasul yang menyampaikan amanah. Jika kau bisa memberi hidayah, tak akan ada seorang kafir pun di muka bumi ini. Kau hanya bisa menjadi penyebab untuk orang yang telah ditentukan sengsara.Orang yang bahagia adalah orang yang telah ditulis bahagia sejak di perut ibunya. Dan orang yang sengsara adalah orang yang telah ditulis sengsara semenjak dalam kandungan ibunya.
Rasulullah SAW lalu membaca ayat: "mereka akan terus berselisih kecuali orang yang dirahmati oleh Allah SWT" (QS Hud :118 - 119). Juga membaca, " Sesungguhnya ketentuan Allah pasti berlaku" (QS Al-Ahzab: 38)
Iblis lalu berkata: " Wahai Rasul Allah takdir telah ditentukan dan pena takdir telah kering. Maha Suci Allah yang menjadikanmu pemimpin para nabi dan rasul, pemimpin penduduk surga, dan yang telah menjadikan aku pemimpin mahluk-mahluk celaka dan pemimpin penduduk neraka. Aku si celaka yang terusir. Ini akhir yang ingin aku sampaikan kepadamu. Dan aku tak berbohong."

Jumat, 18 Juni 2010

Kisah Karpet

Kisah Karpet
Sebuah kisah nyata...(kiriman seorang teman)

Ada seorang ibu rumah tangga yang memiliki 4 anak laki-laki. Urusan belanja, cucian, makan, kebersihan & kerapihan rumah dapat ditanganinya dengan baik.
Rumah tampak selalu rapih, bersih & teratur dan suami serta anak-anaknya sangat menghargai pengabdiannya itu.
Cuma ada satu masalah, ibu yang pembersih ini sangat tidak suka kalau karpet di rumahnya kotor. Ia bisa meledak dan marah berkepanjangan hanya gara-gara melihat jejak sepatu di atas karpet, dan suasana tidak enak akan berlangsung seharian. Padahal, dengan 4 anak laki-laki di rumah, hal ini mudah sekali terjadi terjadi dan menyiksanya.

Atas saran keluarganya, ia pergi menemui seorang psikolog bernama Virginia Satir, dan menceritakan masalahnya. Setelah mendengarkan cerita sang ibu dengan penuh perhatian, Virginia Satir tersenyum & berkata kepada sang ibu:
"Ibu harap tutup mata ibu dan bayangkan apa yang akan saya katakan" Ibu itu kemudian menutup matanya.
"Bayangkan rumah ibu yang rapih dan karpet ibu yang bersih mengembang, tak ternoda, tanpa kotoran, tanpa jejak sepatu, bagaimana perasaan ibu?"
Sambil tetap menutup mata, senyum ibu itu merekah, mukanya yang murung berubah cerah. Ia tampak senang dengan bayangan yang dilihatnya.

Virginia Satir melanjutkan; "Itu artinya tidak ada seorangpun di rumah ibu. Tak ada suami, tak ada anak-anak, tak terdengar gurau canda dan tawa ceria mereka. Rumah ibu sepi dan kosong tanpa orang-orang yang ibu kasihi". Seketika muka ibu itu berubah keruh, senyumnya langsung menghilang, napasnya mengandung isak.
Perasaannya terguncang. Pikirannya langsung cemas membayangkan apa yang tengah terjadi pada suami dan anak-anaknya.

"Sekarang lihat kembali karpet itu, ibu melihat jejak sepatu & kotoran di sana, artinya suami dan anak-anak ibu ada di rumah, orang-orang yang ibu cintai ada bersama ibu dan kehadiran mereka menghangatkan hati ibu".

Ibu itu mulai tersenyum kembali, ia merasa nyaman dengan visualisasi tsb.
"Sekarang bukalah mata ibu" Ibu itu membuka matanya
"Bagaimana, apakah karpet kotor masih menjadi masalah buat ibu?"
Ibu itu tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

"Aku tahu maksud anda" ujar sang ibu, "Jika kita melihat dengan sudut yang tepat, maka hal yang tampak negatif dapat dilihat secara positif".
Sejak saat itu, sang ibu tak pernah lagi mengeluh soal karpetnya yang kotor, karena setiap melihat jejak sepatu disana, ia tahu, keluarga yg dikasihinya ada di rumah. Kisah di atas adalah kisah nyata. Virginia Satir adalah seorang psikolog terkenal yang mengilhami Richard Binder & John Adler untuk menciptakan NLP (Neurolinguistic Programming). Dan teknik yang dipakainya di atas disebut Reframing, yaitu bagaimana kita 'membingkai ulang' sudut pandang kita sehingga sesuatu yang tadinya negatif dapat menjadi positif, salah satu caranya dengan mengubah sudut pandangnya.

Berikut beberapa contoh pengubahan sudut pandang :

Saya BERSYUKUR;
1. Untuk istri yang mengatakan malam ini kita hanya makan mie instan, karena itu artinya ia bersamaku bukan dengan orang lain
2. Untuk suami yang hanya duduk malas di sofa menonton TV, karena itu artinya ia berada di rumah dan bukan di bar, kafe, atau di tempat mesum.
3. Untuk anak-anak yang ribut mengeluh tentang banyak hal, karena itu artinya mereka di rumah dan tidak jadi anak jalanan
4. Untuk Tagihan Pajak yang cukup besar, karena itu artinya saya bekerja dan digaji tinggi
5. Untuk sampah dan kotoran bekas pesta yang harus saya bersihkan, karena itu artinya keluarga kami dikelilingi banyak teman
6. Untuk pakaian yang mulai kesempitan, karena itu artinya saya cukup makan
7. Untuk rasa lelah, capai dan penat di penghujung hari, karena itu artinya saya masih mampu bekerja keras
8. Untuk semua kritik yang saya dengar tentang pemerintah, karena itu artinya masih ada kebebasan berpendapat
9. Untuk bunyi alarm keras jam 5 pagi yg membangunkan saya, karena itu artinya saya masih bisa terbangun, masih hidup

Kamis, 04 Februari 2010

Filsuf Cina Lao Tzu Bicara tentang Cinta



Filsuf Cina Lao Tzu Bicara tentang Cinta
Posted By :http://myworld.astraworld.com



“Being deeply loved by someone gives you strength, while loving someone deeply gives you courage.” (Lao Tzu, 604-531 SM).

Kekuatan dan keberanian menjadi sesuatu yang sangat penting dalam hidup siapapun. Bagi Lao Tzu, kedua kata sifat itu sama-sama terkait erat dengan cinta. Perasaan amat dicintai akan membuat seseorang kuat. Begitu pula sebaliknya, jika kita amat mencintai sesuatu atau seseorang, perasaan tersebut mendorong kita memiliki keberanian.

Coba saja rasakan sendiri. Ketika merasakan cinta, Anda bisa merasakan kekuatan, juga keberanian. Ambil contoh orang sakit. Semangat untuk sehat dan pulih seperti sediakala kerap kali timbul tatkala si sakit dijenguk. Ada bahasa cinta di balik kunjungan kepada orang sakit. Begitu juga masalah keberanian. Bahkan ada kata yang sangat bombastis, ”love conquerors all”, cinta mengalahkan segalanya. Termasuk rasa takut. Sangat wajar jika kutipan di atas menyebutkan bahwa perasaan sangat mencintai seseorang akan mengundang datangnya keberanian.

Seperti itulah kira-kira maksud ucapan Lao Tzu. Selain dengan ejaan Lao Tzu, literatur Indonesia dan dunia juga menyebutnya dengan ejaan Lao Tse, Laotze, maupun Lao Zi. Nama ini bukan nama sebenarnya. Secara bahasa, Lao Tzu merupakan panggilan kehormatan yang bisa berarti ”empu tua”, ”putra tua”, ”sahabat tua” dan ”sang guru tua”. Entah siapa nama aslinya, yang pasti dialah filsuf klasik Cina yang pemikiran-pemikirannya sangat mempengaruhi Taoisme. Banyak dokumen sejarah Cina yang menyebutkan bahwa Lao Tzu lahir di Kerajaan Chu, yang sekarang adalah Kabupaten Lu di Provinsi Henan, Cina.

Kabarnya, buku tentang ajaran Taoisme (Tao Te Ching) yang ditulis lebih dari 2.000 tahun lalu lahir dari pemikiran sosok besar ini. Ada yang menyebutkan bahwa buku tersebut menjadi buku dari Cina yang paling banyak diterjemahkan dan dibaca di luar negeri. Tentu saja hal tersebut terjadi karena isi buku yang berisi ajaran-ajaran hidup begitu sarat makna dan dalam. Isinya pun penuh dengan motivasi yang mengajarkan manusia untuk menjadi pribadi yang agung serta menjaga harmoni hidup dengan alam semesta.

Dari segi pemikiran, ide-ide Lao Tzu paling tidak dapat diklasikan dalam empat bidang: pertama, tentang Tao (sesuatu yang abadi dan penyebab segala sesuatu); kedua, tentang hukum kodrat yang tidak berubah; ketiga tentang politik; dan yang keempat adalah tentang perilaku manusia. Kutipan tentang hidup dan cinta di atas tentu termasuk bagian terakhir ini.

Cinta Tanpa Syarat yang Dibutuhkan Anak dari Orang Tuanya



Cinta Tanpa Syarat yang Dibutuhkan Anak dari Orang Tuanya
Posted By : http://myworld.astraworld.com



Ada satu untaian kata menarik dari Emotional Quality Management yang barangkali sudah pernah Anda baca atau dengar. Judulnya ”Anak-Anak Belajar dari Kehidupan”. Isinya seputar saran atau himbauan bagi tiap orang tua agar memberikan sikap yang tepat dan cara terbaik dalam membesarkan anak. Masih ingat? Nah, simak saja kata-katanya yang AstraWorld kutip ulang berikut ini: ”Jika anak hidup dengan cinta dan persahabatan, maka ia akan menemukan cinta di muka bumi ini”.

Secara tak langsung, orang tua diajak untuk menentukan pilihan, bahwa membesarkan anak harus selalu memperhatikan unsur cinta. Karena dengan cinta itulah anak-anak itu juga akan tumbuh besar. Artinya, mereka akan belajar berperilaku atas dasar cinta. Dan pada gilirannya, cinta dan persahatan pula yang akan melekat dalam hidup mereka, bukan kekerasan apalagi kebencian. Siapakah yang beruntung ketika masyarakat dan dunia ini penuh dengan cinta dan kasih sayang? Tentu anak-anak kita dan umat manusia itu sendiri.

Pentingnya nilai-nilai cinta dan kasih sayang
Yang pasti, siapapun yakin bahwa kasih sayang akan mendatangkan kesenangan dan kegembiraan. Semakin besar kasih sayang orang tua pada anak maka kegembiraan pada anak semakin besar dan menjadikan hati anak semakin peduli dan perhatian.

Orang tua akan menjadi pihak pertama yang merasakan keuntungan akibat tertanamnya nilai-nilai cinta pada diri anak. Sebab, kasih sayang kepada anak mampu menarik simpati sang anak, dan pada giliranya anak akan mempercayai ayahnya, ibunya dan saudara-saudaranya sehingga terjalinlah hubungan baik antara keluarga. Ketika anak harmonis dengan keluarganya, mereka akan mudah dididik dan diarahkan oleh orangtuanya.

Bagi tumbuh kembangnya seorang anak, bukan hanya kesenangan yang menjadi unsur penting. Ketika kasih sayang mereka dapatkan, berarti orang tua tengah menjamin munculnya kepercayaan diri seorang anak. Secara psikologis anak yang memiliki cinta dan kasih sayang akan merasakan kemerdekaan dan kepercayaan diri. Ini modal dasar yang mendorong kemampuan memecahkan persoalan sendiri dan tidak menunggu bantuan orang lain. Dengan motivasi besar dan tekad yang membaja, anak tersebut berusaha mencari solusi atas setiap problem yang dihadapinya.

Dengan kata lain, cinta dan kasih sayang juga akan memotivasi anak-anak untuk melakukan pelbagai aktivitas dengan sukses. Anak yang merasakan kasih sayang secara cukup maka ia akan sukses dalam menggeluti pelbagai aktivitas dan bidang yang digemarinya. Di bidang pendidikan ia akan menjadi anak yang cerdas dan terampil dan secara fisik pun ia akan tumbuh secara sehat.

Mengingat pentingnya cinta bagi anak-anak, bahkan dalam masalah hubungan antara orang tua dan anak-anak ada istilah yang sangat tegas, yaitu: anak-anak butuh cinta tanpa syarat dari orang tuanya. Jadi, agar anak-anak dapat tumbuh secara sehat, setiap orang tua tidak hanya cukup menjamin ketersediaan makanan, mengajaknya olahraga, serta perlindungan fisik seperti memberikan lingkungan dan rumah yang baik. Tetapi, anak-anak juga butuh cinta tanpa syarat dari orangtuanya.

Bahasa cinta pada anak-anak
Kasih sayang menciptakan kerja sama di antara manusia. Bila Kasih sayang tidak ada maka tidak akan terwujud persaudaraan di antara manusia. Tak seorang pun yang merasa memiliki tanggung jawab terhadap orang lain; sehingga pengorbanan dan terbentuknya masyarakat yang adil hanya akan menjadi sebuah mimpi bila cinta tak pernah ada. Jadi, sekali lagi, hubungan antar sesama manusia, khususnya anak-anak harus dibangun berdasarkan bahasa cinta dan kasih sayang.

Namun, penanaman cinta dan kasih sayang pada anak-anak membutuhkan proses yang panjang. Artinya, rasa cinta harus diterapkan dalam keseharian. Mulai dari yang paling sederhana hingga hal-hal yang kompleks, diawali dari ungkapan dan gaya bahasa orang tua kepada anak, misalnya. Usahakanlah selalu memilih ungkapan-ungkapan, bahasa maupun perilaku yang padat dengan nuansa cinta jika berbicara atau berhadapan pada anak-anak. Paling tidak ada 5 bahasa cinta pada anak.

1. Sering-seringlah memuji anak kita atas setiap kebaikan dan nilai positif yang telah mereka tunjukkan. Pujian, motivasi, dan harapan menjadi sangat penting dalam proses belajar membangun karakter tiap manusia. Mereka akan merekam apapun yang diapresiasi dengan baik oleh lingkungannya. Di samping pujian, kata-kata bermuatan cinta juga dapat dibagi menjadi beberapa jenis lainnya. Misalnya, kata-kata penuh kasih, dimana orang tua mengucapkan bahwa ia mencintai anaknya; dan kata-kata yang membesarkan hati. Saat anak mengalami kegagalan, situasi yang sulit atau krisis percaya diri, kita sebagai orangtua sangatlah perlu memberikan kata-kata yang membesarkan hati atau membangkitkan semangat anak sehingga memberikan semangat dan keberanian bagi anak untuk menghadapi situasi sulit itu; dan yang berikutnya adalah kata-kata bimbingan, yang mengesankan bahwa orang tua menjelaskan ke anak tentang nilai-nilai moral, etika dan nilai-nilai kebenaran dalam kehidupan.

2. Biasakanlah mencium mereka tiap kali berpisah, meskipun sudah rutin seperti pergi tidur, akan berangkat sekolah, ditinggal pergi ke kantor dan sebagainya. Sentuhan fisik ini akan mendekatkan emosi mereka. Mereka dapat merasakan ada cinta di balik sentuhan-sentuhan tersebut, meskipun sekadar menggandeng tangannya, merangkulnya, atau sekadar mengusap kepalanya.

3. Berikanlah kejutan-kejutan berupa hadiah. Tentu saja, hadiah ini juga diberikan saat mereka melakukan kebaikan atau ada sesuatu yang harus orang tua apresiasi. Pemberiannya dapat disesuaikan pada moment-moment khusus, seperti kenaikan kelas, menang dalam perlombaan atau berprestasi dalam bidangnya. Supaya mereka terus terdorong untuk selalu berprestasi.

4. Bahasa cinta pada anak juga akan dimengerti ketika orang tua meluangkan waktu khusus di antara kesibukan sehari-hari. Beberapa contoh misalnya dengan jalan-jalan saat akhir pekan, bersenda gurau di sore hari atau nonton tv bersama.

5. Beri teladan. Diantara bahasa-bahasa cinta yang akan sangat banyak variasinya, bagaimanapun yang paling kuat adalah contoh atau teladan dari orang tua. Karena itu, usahakan agar orang tua juga selalu mempertimbangkan unsur cinta dan kasih sayang dalam setiap perilaku. Terutama, ketika berada atau pun langsung berhadapan dengan anak-anak. Jika masih bisa menghindari kekerasan atau nuansa yang kasar, lebih baik gunakanlah gaya dan perilaku yang lembut.

Poligami, Bukti Keadilan Hukum Allah



Poligami, Bukti Keadilan Hukum Allah

Agama Islam yang disyariatkan oleh Allah Ta’ala dengan ilmu-Nya yang maha tinggi serta hikmah dan ketentuan hukum-Nya yang maha agung, adalah agama yang sempurna aturan syariatnya dalam menjamin kemaslahatan bagi umat Islam serta membawa mereka meraih kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Allah Ta’ala berfirman,

{الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا}

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, serta telah Ku-ridhai Islam itu sebagai agamamu” (QS. Al Maaidah:3).

Imam Ibnu Katsir berkata, “Ini adalah nikmat/anugerah Allah Ta’ala yang terbesar bagi umat Islam, karena Allah Ta’ala telah menyempurnakan agama ini bagi mereka, sehingga mereka tidak butuh kepada agama selain Islam, juga tidak kepada nabi selain nabi mereka (nabi Muhammad) shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh sebab itulah, Allah Ta’ala menjadikan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai penutup para nabi dan mengutus beliau kepada (seluruh umat) manusia dan jin, maka tidak sesuatu yang halal kecuali yang beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam halalkan (dengan wahyu dari Allah Ta’ala), tidak ada sesuatu yang haram kecuali yang beliau haramkan, dan tidak ada agama kecuali yang beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam syariatkan. Dan segala sesuatu yang beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam sampaikan adalah benar dan jujur, tidak ada kedustaan dan kebohongan padanya, Allah Ta’ala berfirman,

{وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ صِدْقًا وَعَدْلًا لَا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِهِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ}

“Telah sempurnalah kalimat Rabbmu (al-Qur’an), sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merubah kalimat-kalimat-Nya dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS. Al-An’aam:115). Yaitu: (kalimat) yang benar dalam semua beritanya serta adil dalam segala perintah dan larangannya.

Maka ketika Allah telah menyempurnakan agama Islam bagi umat ini, maka (ini berarti) nikmat (yang dilimpahkan-Nya) kepada mereka telah sempurna. Oleh karena itu Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, serta telah Ku-ridhai Islam itu sebagai agamamu”. Artinya: Terimalah dengan ridha agama (Islam) ini bagi dirimu, karena inilah (satu-satunya) agama yang dicintai dan diridhai-Nya, dan dengannya dia mengutus (kepadamu) rasul-Nya yang paling mulia (nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam) dan menurunkan kitab-Nya yang paling agung (al-Qur’an)”[1].

Sikap Seorang Mukmin terhadap Syariat Allah

Di antara ciri utama seorang muslim yang benar-benar beriman kepada Allah Ta’ala dan hari akhir adalah merasa ridha dan menerima dengan sepenuh hati semua ketentuan syariat yang telah ditetapkan oleh Allah Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah Ta’ala berfirman,

{وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ، وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا}

“Dan tidakkah patut bagi laki-laki dan perempuan yang (benar-benar) beriman, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat dengan kesesatan yang nyata” (QS al-Ahzaab:36).

Dalam sebuah hadits yang shahih Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“ذاق طعم الإيمان من رضي بالله ربا وبالإسلام ديناً وبمحمد رسولاً”

“Akan merasakan kelezatan iman (kesempurnaan iman), orang yang ridha pada Allah Ta’ala sebagai Rabbnya dan islam sebagai agamanya serta Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai rasulnya“[2].

Tidak terkecuali dalam hal ini, hukum-hukum Islam yang dirasakan tidak sesuai dengan kemauan/keinginan sebagian orang, seperti poligami, yang dengan mengingkari atau membenci hukum Allah Ta’ala tersebut, bisa menyebabkan pelakunya murtad/keluar dari agama Islam[3], na’uudzu billahi min dzaalik. Allah Ta’ala berfirman menceritakan sifat orang-orang kafir,

{ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَرِهُوا مَا أَنزلَ اللَّهُ فَأَحْبَطَ أَعْمَالَهُمْ}

“Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka benci kepada ketentuan (syariat) yang diturunkan Allah sehingga Allah membinasakan amal-amal mereka” (QS Muhammad:9).

Oleh karena itu, dalam memahami dan melaksanakan syariat Islam hendaknya kita selalu waspada dan behati-hati dari dua senjata utama godaan setan untuk memalingkan manusia dari ketaatan kepada Allah Ta’ala:

Yang pertama: sikap berlebih-lebihan dan melampaui batas dalam memahami dan menjalankan ketentuan syariat-Nya, terlebih lagi dalam menjalankan ketentuan syariat yang dirasakan cocok dengan kepentingan hawa nafsu.

Yang kedua: sikap meremehkan dan kurang dalam memahami dan melaksanakan ketentuan syariat Allah Ta’ala, yang ini sering terjadi pada sebagian hukum syariat Islam yang dirasakan oleh sebagian orang tidak sesuai dengan kemauan hawa nafsunya[4].

Salah seorang ulama salaf ada yang berkata, “Setiap Allah Ta’ala memerintahkan suatu perintah (dalam agama-Nya) maka setan mempunyai dua macam godaan (untuk memalingkan manusia dari perintah tersebut): [1] (yaitu godaan) untuk (bersikap) kurang dan meremehkan (perintah tersebut), dan [2] (godaan) untuk (bersikap) berlebih-lebihan dan melampaui batas (dalam melaksanakannya), dan dia tidak peduli dengan godaan mana saja (dari keduanya) yang berhasil (diterapkannya kepada manusia)”[5].

Hukum Poligami dalam Islam

Hukum asal poligami dalam Islam berkisar antara ibaahah (mubah/boleh dilakukan dan boleh tidak) atau istihbaab (dianjurkan)[6].

Adapun makna perintah dalam firman Allah Ta’ala,

{وَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا تُقْسِطُوا فِي الْيَتَامَى فَانْكِحُوا مَا طَابَ لَكُمْ مِنَ النِّسَاءِ مَثْنَى وَثُلَاثَ وَرُبَاعَ}

“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga, atau empat” (QS an-Nisaa’:3).

Perintah Allah dalam ayat ini tidak menunjukkan wajibnya poligami, karena perintah tersebut dipalingkan dengan kelanjutan ayat ini, yaitu firman-Nya,

{فَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا تَعْدِلُوا فَوَاحِدَةً أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ذَلِكَ أَدْنَى أَلَّا تَعُولُوا}

“Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya” (QS an-Nisaa’:3).

Maka dengan kelanjutan ayat ini, jelaslah bahwa ayat di atas meskipun berbentuk perintah, akan tetapi maknanya adalah larangan, yaitu larangan menikahi lebih dari satu wanita jika dikhawatirkan tidak dapat berbuat adil[7], atau maknanya, “Janganlah kamu menikahi kecuali wanita yang kamu senangi”.

Ini seperti makna yang ditunjukkan dalam firman-Nya,

{وَقُلِ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ فَمَنْ شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ}

“Dan katakanlah:”Kebenaran itu datangnya dari Rabbmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir” (QS al-Kahfi:29). Maka tentu saja makna ayat ini adalah larangan melakukan perbuatan kafir dan bukan perintah untuk melakukannya[8].

Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Abdulah bin Baz ketika ditanya, “Apakah poligami dalam Islam hukumya mubah (boleh) atau dianjurkan?” Beliau menjawab rahimahullah, “Poligami (hukumnya) disunnahkan (dianjurkan) bagi yang mampu, karena firman Allah Ta’ala (beliau menyabutkan ayat tersebut di atas), dan karena perbuatan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahi sembilan orang wanita, Allah memberi manfaat (besar) bagi umat ini dengan (keberadaan) para istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut, dan ini (menikahi sembilan orang wanita) termasuk kekhususan bagi beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Adapun selain beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak boleh menikahi lebih dari empat orang wanita[9]. Karena dalam poligami banyak terdapat kemslahatan/kebaikan yang agung bagi kaum laki-laki maupun permpuan, bahkan bagi seluruh umat Islam. Sebab dengan poligami akan memudahkan bagi laki-laki maupun perempuan untuk menundukkan pandangan, menjaga kemaluan (kesucian), memperbanyak (jumlah) keturunan, dan (memudahkan) bagi laki-laki untuk memimpin beberapa orang wanita dan membimbing mereka kepada kebaikan, serta menjaga mereka dari sebab-sebab keburukan dan penyimpangan. Adapun bagi yang tidak mampu melakukan itu dan khawatir berbuat tidak adil, maka cukuplah dia menikahi seorang wanita (saja), karena Allah Ta’ala berfirman,

{فَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا تَعْدِلُوا فَوَاحِدَةً أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ذَلِكَ أَدْنَى أَلَّا تَعُولُوا}

“Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya” (QS an-Nisaa’:3).

Semoga Allah (senantiasa) memberi taufik-Nya kepada semua kaum muslimin untuk kebaikan dan keselamatan mereka di dunia dan akhirat[10].

Senada dengan ucapan di atas, Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin berkata, “…Seorang laki-laki jika dia mampu dengan harta, badan (tenaga) dan hukumnya (bersikap adil), maka lebih utama (baginya) untuk menikahi (dua) sampai empat (orang wanita) jika dia mampu. Dia mampu dengan badannya, karena dia enerjik, (sehingga) dia mampu menunaikan hak yang khusus bagi istri-istrinya. Dia (juga) mampu dengan hartanya (sehingga) dia bisa memberi nafkah (yang layak) bagi istri-istrinya. Dan dia mampu dengan hukumnya untuk (bersikap) adil di antara mereka. (Kalau dia mampu seperti ini) maka hendaknya dia menikah (dengan lebih dari seorang wanita), semakin banyak wanita (yang dinikahinya) maka itu lebih utama. Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Orang yang terbaik di umat ini adalah yang paling banyak istrinya[11]”…[12].

Syaikh Shaleh bin Fauzan al-Fauzan berkata, “Adapun (hukum) asal (pernikahan) apakah poligami atau tidak, maka aku tidak mendapati ucapan para (ulama) ahli tafsir, yang telah aku baca kitab-kitab tafsir mereka yang membahas masalah ini. Ayat al-Qur’an yang mulia (surat an-Nisaa’:3) menunjukkan bahwa seorang yang memiliki kesiapan (kesanggupan) untuk menunaikan hak-hak para istri secara sempurna maka dia boleh untuk berpoligami (dengan menikahi dua) sampai empat orang wanita. Dan bagi yang tidak memiliki kesiapan (kesanggupan) cukup dia menikahi seorang wanita, atau memiliki budak. Wallahu a’lam”[13].

Hikmah dan Manfaat Agung Poligami

Karena poligami disyariatkan oleh Allah Ta’ala yang mempunyai nama al-Hakim, artinya Zat yang memiliki ketentuan hukum yang maha adil dan hikmah[14] yang maha sempurna, maka hukum Allah Ta’ala yang mulia ini tentu memiliki banyak hikmah dan faidah yang agung, di antaranya:

Pertama: Terkadang poligami harus dilakukan dalam kondisi tertentu. Misalnya jika istri sudah lanjut usia atau sakit, sehingga kalau suami tidak poligami dikhawatirkan dia tidak bisa menjaga kehormatan dirinya. Atau jika suami dan istri sudah dianugerahi banyak keturunan, sehingga kalau dia harus menceraikan istrinya, dia merasa berat untuk berpisah dengan anak-anaknya, sementara dia sendiri takut terjerumus dalam perbuatan zina jika tidak berpoligami. Maka masalah ini tidak akan bisa terselesaikan kecuali dengan poligami, insya Allah.

Kedua: Pernikahan merupakan sebab terjalinnya hubungan (kekeluargaan) dan keterikatan di antara sesama manusia, setelah hubungan nasab. Allah Ta’ala berfirman,

{وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ مِنَ الْمَاءِ بَشَرًا فَجَعَلَهُ نَسَبًا وَصِهْرًا وَكَانَ رَبُّكَ قَدِيرًا}

“Dan Dia-lah yang menciptakan manusia dari air (mani), lalu Dia jadikan manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah (hubungan kekeluargaan karena pernikahan), dan adalah Rabbmu Maha Kuasa” (QS al-Furqaan:54).

Maka poligami (adalah sebab) terjalinnya hubungan dan kedekatan (antara) banyak keluarga, dan ini salah satu sebab poligami yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam[15].

Ketiga: Poligami merupakan sebab terjaganya (kehormatan) sejumlah besar wanita, dan terpenuhinya kebutuhan (hidup) mereka, yang berupa nafkah (biaya hidup), tempat tinggal, memiliki keturunan dan anak yang banyak, dan ini merupakan tuntutan syariat.

Keempat: Di antara kaum laki-laki ada yang memiliki nafsu syahwat yang tinggi (dari bawaannya), sehingga tidak cukup baginya hanya memiliki seorang istri, sedangkan dia orang yang baik dan selalu menjaga kehormatan dirinya. Akan tetapi dia takut terjerumus dalam perzinahan, dan dia ingin menyalurkan kebutuhan (biologis)nya dalam hal yang dihalalkan (agama Islam), maka termasuk agungnya rahmat Allah Ta’ala terhadap manusia adalah dengan dibolehkan-Nya poligami yang sesuai dengan syariat-Nya[16].

Kelima: Terkadang setelah menikah ternyata istri mandul, sehingga suami berkeinginan untuk menceraikannya, maka dengan disyariatkannya poligami tentu lebih baik daripada suami menceraikan istrinya.

Keenam: Terkadang juga seorang suami sering bepergian, sehingga dia butuh untuk menjaga kehormatan dirinya ketika dia sedang bepergian.

Ketujuh: Banyaknya peperangan dan disyariatkannya berjihad di jalan Allah, yang ini menjadikan banyak laki-laki yang terbunuh sedangkan jumlah perempuan semakin banyak, padahal mereka membutuhkan suami untuk melindungi mereka. Maka dalam kondisi seperti ini poligami merupakan solusi terbaik.

Kedelapan: Terkadang seorang lelaki tertarik/kagum terhadap seorang wanita atau sebaliknya, karena kebaikan agama atau akhlaknya, maka pernikahan merupakan cara terbaik untuk menyatukan mereka berdua.

Kesembilan: Kadang terjadi masalah besar antara suami-istri, yang menyebabkan terjadinya perceraian, kemudian sang suami menikah lagi dan setelah itu dia ingin kembali kepada istrinya yang pertama, maka dalam kondisi seperti ini poligami merupakan solusi terbaik.

Kesepuluh: Umat Islam sangat membutuhkan lahirnya banyak generasi muda, untuk mengokohkan barisan dan persiapan berjihad melawan orang-orang kafir, ini hanya akan terwujud dengan poligami dan tidak membatasi jumlah keturunan.

Kesebelas: Termasuk hikmah agung poligami, seorang istri memiliki kesempatan lebih besar untuk menuntut ilmu, membaca al-Qur’an dan mengurus rumahnya dengan baik, ketika suaminya sedang di rumah istrinya yang lain. Kesempatan seperti ini umumnya tidak didapatkan oleh istri yang suaminya tidak berpoligami.

Keduabelas: Dan termasuk hikmah agung poligami, semakin kuatnya ikatan cinta dan kasih sayang antara suami dengan istri-istrinya. Karena setiap kali tiba waktu giliran salah satu dari istri-istrinya, maka sang suami dalam keadaan sangat rindu pada istrinya tersebut, demikian pula sang istri sangat merindukan suaminya.

Masih banyak hikmah dan faedah agung lainnya, yang tentu saja orang yang beriman kepada Allah dan kebenaran agama-Nya tidak ragu sedikitpun terhadap kesempurnaan hikmah-Nya dalam setiap ketentuan yang disyariatkan-Nya. Cukuplah sebagai hikmah yang paling agung dari semua itu adalah menunaikan perintah Allah Ta’ala dan mentaati-Nya dalam semua ketentuan hukum yang disyariatkan-Nya[17].

Arti Sikap “Adil” dalam Poligami

Allah Ta’ala memerintahkan kepada semua manusia untuk selalu bersikap adil dalam semua keadaan, baik yang berhubungan dengan hak-Nya maupun hak-hak sesama manusia, yaitu dengan mengikuti ketentuan syariat Allah Ta’ala dalam semua itu, karena Allah Ta’ala mensyariatkan agamanya di atas keadilan yang sempurna[18]. Allah Ta’ala berfirman,

{إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ}

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran” (QS an-Nahl:90).

Termasuk dalam hal ini, sikap “adil” dalam poligami, yaitu adil (tidak berat sebelah) dalam mencukupi kebutuhan para istri dalam hal makanan, pakaian, tempat tinggal dan bermalam bersama mereka[19]. Dan ini tidak berarti harus adil dalam segala sesuatu, sampai dalam hal yang sekecil-kecilnya[20], yang ini jelas di luar kemampuan manusia[21].

Sebab timbulnya kesalahpahaman dalam masalah ini, di antaranya karena hawa nafsu dan ketidakpahaman terhadap agama, termasuk kerancuan dalam memahami firman Allah Ta’ala[22],

{وَلَنْ تَسْتَطِيعُوا أَنْ تَعْدِلُوا بَيْنَ النِّسَاءِ وَلَوْ حَرَصْتُمْ فَلا تَمِيلُوا كُلَّ الْمَيْلِ فَتَذَرُوهَا كَالْمُعَلَّقَةِ}

“Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil diantara istri-istri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan kamu biarkan yang lain terkatung-katung” (QS an-Nisaa’:129).

Marilah kita lihat bagaimana para ulama Ahlus sunnah memahami firman Allah yang mulia ini.

Imam asy-Syafi’i berkata, “Sebagian dari para ulama ahli tafsir (menjelaskan makna firman Allah Ta’ala): “Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil diantara istri-istri(mu)…”, (artinya: berlaku adil) dalam perasaan yang ada dalam hati (rasa cinta dan kecenderungan hati), karena Allah Ta’ala mengampuni bagi hamba-hamaba-Nya terhadap apa yang terdapat dalam hati mereka. “…karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai)…” artinya: janganlah kamu memperturutkan keinginan hawa nafsumu dengan melakukan perbuatan (yang menyimpang dari syariat). Dan penafsiran ini sangat sesuai/tepat. Wallahu a’lam”[23].

Imam al-Bukhari membawakan firman Allah Ta’ala ini dalam bab: al-‘adlu bainan nisaa’ (bersikap adil di antara para istri)[24], dan Imam Ibnu Hajar menjelaskan makna ucapan imam al-Bukhari tersebut, beliau berkata, “Imam al-Bukhari mengisyaratkan dengan membawakan ayat tersebut bahwa (adil) yang dinafikan dalam ayat ini (adil yang tidak mampu dilakukan manusia) adalah adil di antara istri-istrinya dalam semua segi, dan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (yang shahih) menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan adil (dalam poligami) adalah menyamakan semua istri (dalam kebutuhan mereka) dengan (pemberian) yang layak bagi masing-masing dari mereka. Jika seorang suami telah menunaikan bagi masing-masing dari para istrinya (kebutuhan mereka yang berupa) pakaian, nafkah (biaya hidup) dan bermalam dengannya (secara layak), maka dia tidak berdosa dengan apa yang melebihi semua itu, berupa kecenderungan dalam hati, atau memberi hadiah (kepada salah satu dari mereka)…Imam at-Tirmidzi berkata, “Artinya: kecintaan dan kecenderungan (dalam hati)”, demikianlah penafsiran para ulama (ahli tafsir)…Imam al-Baihaqi meriwayatkan dari jalan ‘Ali bin Abi Thalhah, dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma beliau berkata ketika menafsirkan ayat di atas, “Yaitu: kecintaan (dalam hati) dan jima’ (hubungan intim)…[25].

Imam al-Qurthubi berkata, “(Dalam ayat ini) Allah Ta’ala memberitakan ketidakmampuan (manusia) untuk bersikap adil di antara istri-istrinya, yaitu (menyamakan) dalam kecenderungan hati dalam cinta, berhubungan intim dan ketertarikan dalam hati. (Dalam ayat ini) Allah menerangkan keadaan manusia bahwa mereka secara (asal) penciptaan tidak mampu menguasai kecenderungan hati mereka kepada sebagian dari istri-istrinya melebihi yang lainnya. Oleh karena itulah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata (dalam doa beliau), “Ya Allah, inilah pembagianku (terhadap istri-istriku) yang aku mampu (lakukan), maka janganlah Engkau mencelaku dalam perkara yang Engkau miliki dan tidak aku miliki”[26]. Kemudian Allah melarang “karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai)”, Imam Mujahid berkata, “(Artinya): janganlah kamu sengaja berbuat buruk (aniaya terhadap istri-istrimu), akan tetapi tetaplah berlaku adil dalam pembagian (giliran) dan memberi nafkah (biaya hidup), karena ini termsuk perkara yang mampu (dilakukan manusia)”[27].

Imam Ibnu Katsir berkata, “Arti (ayat di atas): Wahai manusia, kamu sekali-kali tidak akan dapat bersikap adil (menyamakan) di antara para istrimu dalam semua segi, karena meskipun kamu membagi giliran mereka secara lahir semalam-semalam, (akan tetapi) mesti ada perbedaan dalam kecintaan (dalam hati), keinginan syahwat dan hubungan intim, sebagaimana keterangan Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ‘Ubaidah as-Salmaani, Hasan al-Bashri, dan Dhahhak bin Muzahim”[28].

Kecemburuan dan Cara Mengatasinya

Cemburu adalah fitrah dan tabiat yang mesti ada dalam diri manusia, yang pada asalnya tidak tercela, selama tidak melampaui batas. Maka dalam hal ini, wajib bagi seorang muslim, terutama bagi seorang wanita muslimah yang dipoligami, untuk mengendalikan kecemburuannya. Karena kecemburuan yang melampaui batas bisa menjerumuskan seseorang ke dalam pelanggaran syariat Allah, seperti berburuk sangka, dusta, mencela[29], atau bahkan kekafiran, yaitu jika kecemburuan tersebut menyebabkannya membenci ketentuan hukum yang Allah syariatkan. Allah Ta’ala berfirman,

{ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَرِهُوا مَا أَنزلَ اللَّهُ فَأَحْبَطَ أَعْمَالَهُمْ}

“Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka benci kepada ketentuan (syariat) yang diturunkan Allah sehingga Allah membinasakan amal-amal mereka” (QS Muhammad:9).

Demikian pula perlu diingatkan bagi kaum laki-laki untuk lebih bijaksana dalam menghadapi kecemburuan para wanita, karena hal ini juga terjadi pada diri wanita-wanita terbaik dalam Islam, yaitu para istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menghadapi semua itu dengan sabar dan bijaksana, serta menyelesaikannya dengan cara yang baik[30].

Imam Ibnu Hajar al-‘Asqalani berkata, “Asal sifat cemburu adalah merupakan watak bawaan bagi wanita, akan tetapi jika kecemburuan tersebut melampuai batas dalam hal ini sehingga melebihi (batas yang wajar), maka itulah yang tercela. Yang menjadi pedoman dalam hal ini adalah hadits yang diriwayatkan oleh Jabir bin ‘Atik al-Anshari radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesunguhnya di antara sifat cemburu ada yang dicintai oleh Allah dan ada yang dibenci-Nya. Adapun kecemburuan yang dicintai-Nya adalah al-ghirah (kecemburuan) terhadap keburukan. Sedangkan kecemburuan yang dibenci-Nya adalah kecemburuan terhadap (perkara) yang bukan keburukan”[31].[32]

Sebab-sebab yang mendorong timbulnya kecemburuan yang tercela (karena melampaui batas) adalah:

- Lemahnya iman dan lalai dari mengingat Allah Ta’ala.

- Godaan setan

- Hati yang berpenyakit

- Ketidakadilan suami dalam memperlakukan dan menunaikan hak sebagian dari istri-istrinya.

- Rasa minder dan kurang pada diri seorang istri.

- Suami yang menyebutkan kelebihan dan kebaikan seorang istrinya di hadapan istrinya yang lain[33].

Adapun cara mengatasi kecemburuan ini adalah:

- Bertakwa kepada Allah Ta’ala.

- Mengingat dan memperhitungkan pahala yang besar bagi wanita yang bersabar dalam mengendalikan dan mengarahkan kecemburuannya sesuai dengan batasan-batasan yang dibolehkan dalam syariat.

- Menjauhi pergaulan yang buruk.

- Bersangka baik.

- Bersikap qana’ah (menerima segala ketentuan Allah I dengan lapang dada).

- Selalu mengingat kematian dan hari akhirat

- Berdoa kepada Allah agar Dia menghilangkan kecemburuan tersebut[34].

Nasehat Bagi Yang Berpoligami dan Dipoligami[35]

1. Nasehat untuk suami yang berpoligami

- Bersikap adillah terhadap istri-istrimu dan hendaklah selalu bersikap adil dalam semua masalah, sampai pun dalam masalah yang tidak wajib hukumnya. Janganlah kamu bersikap berat sebelah terhadap salah satu dari istri-istrimu.

- Berlaku adillah terhadap semua anakmu dari semua istrimu. Usahakanlah untuk selalu mendekatkan hati mereka, misalnya dengan menganjurkan istri untuk menyusui anak dari istri yang lain. Pahamkanlah kepada mereka bahwa mereka semua adalah saudara. Jangan biarkan ada peluang bagi setan untuk merusak hubungan mereka.

- Sering-seringlah memuji dan menyebutkan kelebihan semua istri, dan tanamkanlah kepada mereka keyakinan bahwa tidak ada kecintaan dan kasih sayang yang (abadi) kecuali dengan mentaati Allah Ta’ala dan mencari keridhaan suami.

- Janganlah menceritakan ucapan salah seorang dari mereka kepada yang lain. Janganlah menceritakan sesuatu yang bersifat rahasia, karena rahasia itu akan cepat tersebar dan disampaikannya kepada istri yang lain, atau dia akan membanggakan diri bahwa dia mengetahui rahasia suami yang tidak diketahui istri-istri yang lain.

- Janganlah kamu memuji salah seorang dari mereka, baik dalam hal kecantikan, kepandaian memasak, atau akhlak, di hadapan istri yang lain. Karena ini semua akan merusak suasana dan menambah permusuhan serta kebencian di antara mereka, kecuali jika ada pertimbangan maslahat/kebaikan yang diharapkan.

- Janganlah kamu mendengarkan ucapan salah seorang dari mereka tentang istri yang lain, dan tegurlah/laranglah perbuatan tersebut, supaya mereka tidak terbiasa saling menejelek-jelekkan satu sama yang lain.

2. Nasehat untuk istri pertama

- Bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah, dan ketahuilah bahwa sikap menentang dan tidak menerima akan membahayakan bagi agama dan kehidupanmu.

- Benahilah semua kekuranganmu yang diingatkan oleh suamimu. Karena boleh jadi itu merupakan sebab dia berpoligami. Kalau kekurangan-kekurangan tersebut berhasil kamu benahi maka bersyukurlah kepada Allah Ta’ala atas petunjuk-Nya.

- Berikanlah perhatian besar kepada suamimu dan sering-seringlah memujinya, baik di hadapan atau di belakangnya, terutama di hadapan keluargamu atau teman-temanmu, karena ini termasuk hal yang bisa memperbaiki hati dan lisanmu, serta menyebabkan keridhaan suami padamu. Dengan itu kamu akan menjadi teladan yang baik bagi para wanita yang menentang dan mengingkari syariat poligami, atau mereka yang merasa disakiti ketika suaminya berpoligami.

- Janganlah kamu mendengarkan ucapan orang jahil yang punya niat buruk dan ingin menyulut permusuhan antara kamu dengan suamimu, atau dengan madumu. Janganlah kamu mudah menyimpulkan sesuatu yang kamu dengar sebelum kamu meneliti kebenaran berita tersebut.

- Janganlah kamu menanamkan kebencian dan permusuhan di hati anak-anakmu kepada istri-istri suamimu dan anak-anak mereka, karena mereka adalah saudara dan sandaran anak-anakmu. Ingatlah bahwa tipu daya yang buruk hanya akan menimpa pelakunya.

- Jangalah kamu merubah sikap dan perlakuanmu terhadap suamimu. Janganlah biarkan dirimu menjadi bahan permainan setan, serta mintalah pertolongan dan berdolah kepada Allah Ta’ala agar Dia menguatkan keimanan dan kecintaan dalam hatimu.

3. Nasehat untuk istri yang baru dinikahi

- Ketahuilah bahwa kerelaanmu dinikahi oleh seorang yang telah beristri adalah kebaikan yang besar dan menunjukkan kuatnya iman dan takwa dalam hatimu, insya Allah. Pahamilah ini semua dan harapkanlah ganjaran pahala dari Allah atas semua itu.

- Gunakanlah waktu luangmu ketika suamimu berada di rumah istrinya yang lain dengan membaca al-Qur’an, mendengarkan ceramah-ceramah agama yang bermanfaat, dan membaca buku-buku yang berfaedah, atau gunakanlah untuk membersihkan rumah dan merawat diri.

- Jadilah engkau sebagai da’i (penyeru) manusia ke jalan Allah Ta’ala dalam hukum-Nya yang mulia ini. Fahamkanlah mereka tentang hikmah-Nya yang agung dalam syariat poligami ini. Janganlah engkau menjadi penghalang bagi para wanita untuk menerima syariat poligami ini.

- Janganlah bersikap enggan untuk membantu/mengasuh istri-istri suami dan anak-anak mereka jika mereka membutuhkan pertolonganmu. Karena perbuatan baikmu kepada mereka bernilai pahala yang agung di sisi Allah dan menjadikan suami ridha kepadamu, serta akan menumbuhkan kasih sayang di antara kamu dan mereka.

- Janganlah kamu membeberkan kekurangan dan keburukan istri suami yang lain. Jangan pernah menceritakan kepada orang lain bahwa suami berpoligami karena tidak menyukai istrinya yang pertama, karena ini semua termasuk perangkap setan.

- Jangan kamu berusaha menyulut permusuhan antara suami dengan istrinya yang lain, agar dia semakin sayang padamu. Karena ini adalah perbuatan namiimah (mengadu domba) yang merupakan dosa besar. Berusahalah untuk selalu mengalah kepadanya, karena ini akan mendatangkan kebaikan yang besar bagi dirimu.

Penutup

Demikianlah keterangan tentang poligami yang menunjukkan sempurnanya keadilan dan hikmah dari hukum-hukum Allah Ta’ala. Semoga ini semua menjadikan kita semakin yakin akan keindahan dan kebaikan agama Islam, karena ditetapkan oleh Allah Ta’ala yang Maha Sempurna semua sifat-sifatnya.

وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين

Kota Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, 26 Dzulqa’dah 1430 H

Penulis: Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni, MA

Artikel www.muslim.or.id

Tidur Cantik Sesuai Tuntunan Rasulullah



Tidur Cantik Sesuai Tuntunan Rasulullah
Disusun Oleh: Ummu Hajar
Muroja’ah: Ust. Abu Salman

Tidur bagi muslimah merupakan saat yang sangat penting. Karena dalam tidurnya ia mengumpulkan tenaga untuk beribadah kepada Allah. Selain itu, ketika tidur hati seorang muslimah di antara jemari Allah. Seorang muslimah cantik karena agamanya. Jadi tidurnya pun harus cantik. Hendaknya seorang muslimah menjaga adab-adab dalam tidur dengan adab yang diajarkan dalam agama Islam. Bagaimana adab-adabnya?

Tidak tidur terlalu malam setelah sholat isya kecuali dalam keadaan darurat seperti untuk mengulang (muroja’ah) ilmu atau adanya tamu atau menemani keluarga, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Barzah radhiyallahu ‘anhu:

“Bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘allaihi wasallam membenci tidur malam sebelum (sholat Isya) dan berbincang-bincang (yang tidak bermanfaat) setelahnya.” [Hadist Riwayat Al-Bukhari No. 568 dan Muslim No. 647 (235)]

Hendaknya tidur dalam keadaan sudah berwudhu, sebagaimana hadits: “Apabila engkau hendak mendatangi pembaringan (tidur), maka hendaklah berwudhu terlebih dahulu sebagaimana wudhumu untuk melakukan sholat.” (HR. Al-Bukhari No. 247 dan Muslim No. 2710)

Hendaknya mendahulukan posisi tidur di atas sisi sebelah kanan (rusuk kanan sebagai tumpuan) dan berbantal dengan tangan kanan, tidak mengapa apabila setelahnya berubah posisinya di atas sisi kiri (rusuk kiri sebagai tumpuan). Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah: “Berbaringlah di atas rusuk sebelah kananmu.” (HR. Al-Bukhari no. 247 dan Muslim no. 2710)

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam apabila tidur meletakkan tangan kanannya di bawah pipi kanannya.” (HR. Abu Dawud no. 5045, At Tirmidzi No. 3395, Ibnu Majah No. 3877 dan Ibnu Hibban No. 2350)

Tidak dibenarkan telungkup dengan posisi perut sebagai tumpuannya baik ketika tidur malam atau pun tidur siang. “Sesungguhnya (posisi tidur tengkurap) itu adalah posisi tidur yang dimurkai Allah Azza Wa Jalla.” (HR. Abu Dawud dengan sanad yang shohih)

Membaca ayat-ayat Al-Qur’an, antara lain:

a) Membaca ayat kursi.

b) Membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqoroh.

c) Mengatupkan dua telapak tangan lalu ditiup dan dibacakan surat Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Naas kemudian dengan dua telapak tangan mengusap dua bagian tubuh yang dapat dijangkau dengannya dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh bagian depan, hal ini diulangi sebanyak 3 kali (HR. Al-Bukhari dalam Fathul Bari XI/277 No. 4439, 5016 (cet. Daar Abi Hayan) Muslim No. 2192, Abu Dawud No. 3902, At-Tirmidzi)

Hendaknya mengakhiri berbagai doa tidur dengan doa berikut:

“Bismikarabbii wa dho’tu jambii wa bika arfa’uhu in amsakta nafsii farhamhaa wa in arsaltahaa fahfazhhaa bimaa tahfazha bihi ‘ibaadakasshaalihiin.”

“Dengan Nama-Mu, ya Rabb-ku, aku meletakkan lambungku. Dan dengan Nama-Mu pula aku bangun daripadanya. Apabila Engkau menahan rohku (mati), maka berilah rahmat padanya. Tapi apabila Engkau melepaskannya, maka peliharalah, sebagaimana Engkau memelihara hamba-hamba-Mu yang shalih.” (HR. Al-Bukhari No. 6320, Muslim No. 2714, Abu Dawud No. 5050 dan At-Tirmidzi No. 3401)

Disunnahkan apabila hendak membalikkan tubuh (dari satu sisi ke sisi yang lain) ketika tidur malam untuk mengucapkan doa:

“laa ilaha illallahu waahidulqahhaaru rabbussamaawaati wal ardhi wa maa baynahumaa ‘aziizulghaffaru.”

“Tidak ada Illah yang berhak diibadahi kecuali Alloh yang Maha Esa, Maha Perkasa, Rabb yang menguasai langit dan bumi serta apa yang ada diantara keduanya, Yang Maha Mulia lagi Maha Pengampun.” (HR. Al-Hakim I/540 disepakati dan dishohihkan oleh Imam adz-Dzahabi)

Apabila merasa gelisah, risau, merasa takut ketika tidur malam atau merasa kesepian maka dianjurkan sekali baginya untuk berdoa sebagai berikut:

“A’udzu bikalimaatillahi attammati min ghadhabihi wa ‘iqaabihi wa syarri ‘ibaadihi wa min hamazaatisysyayaathiin wa ayyahdhuruun.”

“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari murka-Nya, siksa-Nya, dari kejahatan hamba-hamba-Nya, dari godaan para syaitan dan dari kedatangan mereka kepadaku.” (HR. Abu Dawud No. 3893, At-Tirmidzi No. 3528 dan lainnya)

Memakai celak mata ketika hendak tidur, berdasarkan hadits Ibnu Umar: “Bahwasanya Rasululloh shallallahu ‘alaihi wasallam senantiasa memakai celak dengan batu celak setiap malam sebelum beliau hendak tidur malam, beliau sholallahu ‘alaihi wassalam memakai celak pada kedua matanya sebanyak 3 kali goresan.” (HR. Ibnu Majah No. 3497)

Hendaknya mengibaskan tempat tidur (membersihkan tempat tidur dari kotoran) ketika hendak tidur. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: “Jika salah seorang di antara kalian akan tidur, hendaklah mengambil potongan kain dan mengibaskan tempat tidurnya dengan kain tersebut sambil mengucapkan ‘bismillah’, karena ia tidak tahu apa yang terjadi sepeninggalnya tadi.” (HR. Al Bukhari No. 6320, Muslim No. 2714, At-Tirmidzi No. 3401 dan Abu Dawud No. 5050)

Jika sudah bangun tidur hendaknya membaca do’a sebelum berdiri dari tempat pembaringan, yaitu:

“Alhamdulillahilladzii ahyaanaa ba’damaa amaatanaa wa ilayhinnusyuur.”

“Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah ditidurkan-Nya dan kepada-Nya kami dibangkitkan.” (HR. Al-Bukhari No. 6312 dan Muslim No. 2711)

Hendaknya menyucikan hati dari setiap dengki yang (mungkin timbul) pada saudaranya sesama muslim dan membersihkan dada dari kemarahannya kepada manusia lainnya.

Hendaknya senantiasa menghisab (mengevaluasi) diri dan melihat (merenungkan) kembali amalan-amalan dan perkataan-perkataan yang pernah diucapkan.

Hendaknya segera bertaubat dari seluruh dosa yang dilakukan dan memohon ampun kepada Alloh dari setiap dosa yang dilakukan pada hari itu.

Setelah bangun tidur, disunnahkan mengusap bekas tidur yang ada di wajah maupun tangan.

“Maka bangunlah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dari tidurnya kemudian duduk sambil mengusap wajah dengan tangannya.” [HR. Muslim No. 763 (182)]

Bersiwak.

“Apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bangun malam membersihkan mulutnya dengan bersiwak.” (HR. Al Bukhari No. 245 dan Muslim No. 255)

Beristinsyaq dan beristintsaar (menghirup kemudian mengeluarkan atau menyemburkan air dari hidung). “Apabila salah seorang di antara kalian bangun dari tidurnya, maka beristintsaarlah tiga kali karena sesunggguhnya syaitan bermalam di rongga hidungnya.” (HR. Bukhari No. 3295 dan Muslim No. 238)

Mencuci kedua tangan tiga kali, berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: “Apabila salah seorang di antara kamu bangun tidur, janganlah ia memasukkan tangannya ke dalam bejana, sebelum ia mencucinya tiga kali.” (HR. Al-Bukhari No. 162 dan Muslim No.278)

“Anak laki-laki dan perempuan hendaknya dipisahkan tempat tidurnya setelah berumur 6 tahun.” (HR. Abu Daud, At-Tirmidzi)

“Tidak diperbolehkan tidur hanya dengan memakai selimut, tanpa memakai busana apa-apa.” (HR. Muslim)

Jika bermimpi buruk, jangan sekali-kali menceritakannya pada siapapun kemudian meludah ke kiri tiga kali (diriwayatkan Muslim IV/1772), dan memohon perlindungan kepada Alloh dari godaan syaitan yang terkutuk dan dari keburukan mimpi yang dilihat. (Itu dilakukan sebanyak tiga kali) (diriwayatkan Muslim IV/1772-1773). Hendaknya berpindah posisi tidurnya dari sisi sebelumnya. (diriwayatkan Muslim IV/1773). Atau bangun dan shalat bila mau. (diriwayatkan Muslim IV/1773).

Tidak diperbolehkan bagi laki-laki tidur berdua (begitu juga wanita) dalam satu selimut. (HR. Muslim)

Maraji’:
Adab Harian Muslim Teladan

***

Artikel www.muslimah.or.id

Tips membina bahtera rumah tangga yang SMR (Sakinah, Mawadah dan Rahmah)



Assalamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.

Sungguh ironi, dalam tahun 2009 kasus perceraian dan perselingkuhan telah melanda di negeri kita Indonesia. Lebih-lebih media masa elektronik dengan gencarnya meng-ekspose kasus perceraian dan perselingkuhan di kalangan selebretis bak tumbuhnya jamur di musim hujan. Tak henti-hentinya mereka mengulang-ulang berita tersebut hingga masyarakat tidak sadar bahwa mereka telah dicekoki racun dan wabah penyakit yang sangat menular dan dapat menghancurkan sendi-sendi bermasyarakat dan bernegara dalam konteks yang lebih luas. Salah satu konsep penyebaran kebathilan adalah “KESALAHAN YANG DIULANG-ULANG HINGGA BERUBAH MENJADI “KEBENARAN” YANG DISEPAKATI”.

Fenomena yang terjadi pada masyarakat sekarang ini disebabkan oleh dua hal, yakni tipisnya iman dan serbuan musuh yang masuk ke dalam benteng-benteng kaum muslimin di setiap bangunan rumah tangga umat Islam. Yakni media elektronik yang notebene isinya pembodohan umat dan pendangkalan akhlaq !

Bayangkan !….Berapa jam kaum muslimin berada di depan layar TV dibandingkan dengan membaca buku dan mendatangi majelis ilmu agama? Sungguh sangat ironis dengan kenyataan yang ada ! Hampir setiap acara TV diisi dominasi tayangan ekploitasi tubuh wanita, gaya hidup konsumerisme, glamour, arogan, sadisme, liberalisme yang menghapus batasan norma dan hukum agama, kebohongan dan kecurangan, penghancuran norma sosial dan hukum agama seperti selingkuh, kedurhakaan anak kepada orang-tua, kedurhakaan istri kepada suami, pengkhianatan suami kepada keluarganya, korupsi dan lain sebagainya. Hampir setiap detik disuguhkan di meja hidangan kaum muslimin tanpa berhenti bagi segala umur, baik orang dewasa maupun anak-anak di bawah umur! Full 24 jam X 365 hari. Sungguh sangat dahsyat dampak dan akibatnya!

Intinya, secara berangsur-angsur masyarakat kita telah meninggalkan ajaran agama Allah dan beralih mengambil jalan dan langkah-langkah syaithon !

Perlu diketahui bahwa keretakan rumah tangga (perceraian) adalah target utama “Grand Planning” iblis dan bala-tentaranya. Karena rumah tangga adalah benteng terakhir kaum muslimin dalam membina calon-calon manusia yang berkualitas dan berakhlaq pada generasi yang akan datang, yang mampu memegang amanah sebagai khalifah di muka bumi. Hal ini disadari oleh iblis dan bala-tentaranya! Sebagaimana khabar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam:

“Sesungguhnya Iblis meletakkan singgasananya di atas air, kemudian dia mengutus bala tentaranya. Yang paling dekat kedudukannya dengan Iblis adalah yang paling besar fitnahnya. Datang kepadanya seorang tentaranya lalu berkata: ‘Aku telah berbuat demikian-demikian.’ Iblis berkata: ‘Engkau belum berbuat sesuatu.’ Dan kemudian salah seorang dari mereka datang lalu berkata: ‘Aku tidak meninggalkan orang tersebut bersama istrinya melainkan aku pecah belah keduanya.’ Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata: ‘Lalu iblis mendekatkan prajurit itu kepadanya dan berkata: ‘Sebaik-baik pasukan adalah kamu.’ Al-A’masy berkata: ‘Aku kira, (Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam) berkata: ‘Lalu iblis memeluknya.” (HR. Muslim no. 5302)

Bila iblis telah berhasil menghancurkannya, kemana sang anak mencari kasih sayang?

Hidup akan terkatung-katung. Yang satu ingin mengayominya, yang lain tidak merestuinya. Alangkah malang nasibmu wahai Anak, engkau adalah bagian dari korban Iblis dan bala tentaranya. Kalau demikian keras rencana busuk Iblis terhadap keluarga orang-orang yang beriman, kita semestinya berusaha mencari jalan keluar dari jeratan dan jaring yang dipasang oleh Iblis, yaitu dengan mendalami ilmu agama dan mengamalkannya.

Maka solusi pemecahan masalah yang melanda umat Islam pada saat ini hanya ada satu yakni kembali kepada agama Allah secara konsisten. Sebagaimana hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda :

“Apabila kamu (umat Islam) melakukan jual-beli dengan sistem ‘iinah (riba), menjadikan dirimu berada di belakang ekor sapi (yakni dikuasai oleh harta-benda sehingga lupa kepada Allah dan hari akhirat), ridha dengan cocok tanam dan meninggalkan jihad, niscaya Allah akan menjadikan kamu dikuasai oleh kehinaan, Allah tidak akan mencabut kehinaan itu dari dirimu hingga kamu rujuk (kembali) kepada dien (agama Islam) kamu.” (HR. Abu Dawud - shahih)

Oleh sebab itu, sebagaimana halnya orang Arab Jahiliyah dahulu tidak menjadi baik keadaannya kecuali setelah datangnya nabi mereka, yakni Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam dengan membawa wahyu dari Allah, yang telah menyebabkan kehidupan mereka di dunia berbahagia dan selamat dalam kehidupan di akherat. Demikian pula hendaknya asas yang mesti dijadikan pijakan bagi kehidupan Islami yang didambakan oleh setiap insan muslim dimanapun mereka berada, yakni tiada lain hanyalah rujuk (kembali) kepada Al-Qur’an dan Sunnah dengan pemahaman salafus-sholih generasi terbaik umat ini.

Usaha penyadaran umat Islam untuk kembali kepada agamanya harus senantiasa digalakkan sebagai perimbangan! Yakni dengan penanaman pendidikan agama di dalam rumah tangga umat Islam sejak usia dini. Pendidikan agama yang meliputi kesadaran akan arti sebuah rumah tangga dalam ikatan pernikahan. Dan tak lupa selalu mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan selalu memanjatkan doa yang telah diajarkan Nabi shallalllahu ‘alaihi wa salam:

“Sesungguhnya hati Bani Adam semuanya di antara dua jari dari jari jemari Ar-Rahman, seperti hati satu orang, Dia palingkan kemana Dia kehendaki.” Kemudian Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Ya Allah, Dzat yang memalingkan hati, palingkanlah hati-hati kami pada ketaatan kepada-Mu.” (HR. Muslim, no. 2654)

Demikianlah yang dituntunkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Memohon diberi ketetapan hati untuk senantiasa kokoh ada dalam ketaatan pada-Nya. Taat dalam setiap keadaan, termasuk saat menginjak ke pelaminan. Hingga dengan pernikahan tersebut, seseorang bisa menjadikannya sebagai wasilah (perantara) untuk meraup keteguhan iman. Pernikahan tersebut benar-benar menjadi sarana untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Karena, nikah itu adalah sepenggal bentuk ibadah, yang merupakan bentuk pengamalan Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Kata Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam:

“Dan aku pun menikahi wanita. Barangsiapa yang membenci sunnahku, maka dia bukan termasuk golonganku.” (HR. Al-Bukhari dalam Shahih-nya no. 5063 dan Muslim dalam Shahih-nya no. 1401, penggalan dari hadits Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu)

Kita ambil teladan dari Ummu Sulaim radhiyallahu 'anha, seorang shahabiyah Nabi yang mulia. Ia menjadikan pernikahannya mampu mengantarkan kebaikan bagi dirinya, suaminya, kehidupan rumah tangganya, dan dakwah secara umum. Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu bertutur:

“Abu Thalhah menikahi Ummu Sulaim. Yang menjadi mahar bagi pernikahan keduanya adalah Islam. Ummu Sulaim memeluk Islam sebelum Abu Thalhah. Maka, Abu Thalhah pun lantas melamar Ummu Sulaim. Kata Ummu Sulaim, ‘Sungguh aku telah memeluk Islam. Jika engkau hendak menikahiku, engkau harus memeluk Islam terlebih dulu.’ Kemudian Abu Thalhah pun memeluk Islam. Keislamannya itu menjadi mahar (dalam pernikahan) keduanya.” (HR. An-Nasa`i dalam Sunan-nya, no. 3340. Asy-Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullahu menshahihkan hadits ini)

Dalam riwayat lain dari Tsabit, dari Anas, dia berkata: “Abu Thalhah telah melamar Ummu Sulaim. Maka, Ummu Sulaim berkata, ‘Demi Allah, orang yang sepertimu, wahai Abu Thalhah, tidak layak ditolak. Tetapi engkau lelaki kafir, sedangkan aku seorang muslimah. Tak halal bagiku untuk menikah denganmu. Jika engkau mau memeluk Islam, maka (keislamanmu) itu sebagai maharku. Aku tidak meminta yang selainnya.’ Lantas Abu Thalhah pun memeluk Islam dan itulah yang menjadi maharnya.” Tsabit berkata: “Tidak pernah aku mendengar sama sekali tentang mahar yang lebih mulia dari yang diberikan kepada Ummu Sulaim, yakni Islam.” (Sunan An-Nasa`i, no. hadits 3341 dan dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu)

Asy-Syaikh Abu Munir Abdullah bin Muhammad Utsman Adz-Dzammari hafizhahullah (salah seorang ulama terkemuka di Yaman), terkait kisah hadits di atas, memberikan nasihat yang laik dicamkan benar-benar oleh kaum muslimin. Kata beliau hafizhahullah, “Begitulah yang semestinya diucapkan seorang muslimah. Dia tidak tertipu dengan harta kekayaan yang dimiliki pihak lelaki. Padahal, Abu Thalhah tergolong orang Anshar yang kaya harta. (Namun demikian) Ummu Sulaim tidak meminta harta kekayaan yang banyak dari Abu Thalhah. Tidak meminta perhiasan emas, tidak juga yang lainnya. Yang diminta hanyalah dia (Abu Thalhah) memeluk Islam karena Allah Rabbul ‘alamin, sekaligus dijadikan mahar baginya. Abu Thalhah pun memeluk Islam. Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menjadikannya seorang laki-laki beriman, shalih dan membantu (perjuangan) agama hingga Allah Subhanahu wa Ta'ala mewafatkannya dalam Islam. Dengan (kecerdasan) akal seorang wanita beriman ini dan dengan keimanannya (Ummu Sulaim), ia menjadi pria tangguh, kokoh, dan berserah diri.” (Ni’matuz Zawaj wa Shalahuz Zaujaini, Abu Munir Abdullah bin Muhammad Utsman Adz-Dzammari, hal. 9)

Perlu diketahui bahwa kebaikan dan kesempurnaan agama pada diri seorang muslim atau muslimah yakni dengan jalan menikah, maka dengan pernikahan tersebut seorang muslim dan muslimah akan mendapatkan banyak kemaslahatan darinya, berupa pemeliharaan terhadap kehormatan, mencegah dari perbuatan zina, memelihara pandangan, melanjutkan generasi, dan berbagai faedah lainnya yang tidak tersamarkan bagi mereka yang telah melakukannya. Dengan pernikahan tersebut seorang muslim dan muslimah mewujudkan sebuah bahtera rumah tangga yang membutuhkan nakhoda yang mengerti tujuan dan arah berlayar, diikuti para awak yang memiliki kesabaran yang tangguh dan teruji, yang siap diatur oleh sang nakhoda. Sebagaimana bahtera yang mengarungi samudra yang luas akan menghadapi arus dan gelombang yang menggunung, begitu pula bahtera berumah tangga. Akan banyak ujian dan cobaan di dalamnya. Banyak kerikil-kerikil tajam dan duri-duri yang menusuk peraduan.

Dahsyatnya ujian tersebut menyebabkan banyak bahtera rumah tangga yang kandas dan tidak bisa berlabuh lagi, bahkan hancur berkeping-keping. Sang istri ditelantarkan dengan tidak dididik, bahkan tidak diberikan nafkah. Sehingga muncul awak-awak bahtera yang tidak taat kepada nakhoda. Awak bahtera rumah tangga yang tidak mengerti tugas dan kewajibannya, berjalan sendiri dan mencari kesenangan masing-masing. Inilah pertanda kecelakaan dan kehancuran. Sang anak dibiarkan seakan-akan tidak memiliki ayah, sebagai seorang pemandu dan pembela yang akan mengarahkan dan melindungi. Seakan-akan tidak memiliki ibu, yang akan memberikan luapan kasih sayang dan perhatian yang dalam. Masing-masing berjalan pada keinginan dan kehendaknya, tidak merasa adanya keterikatan dengan yang lain. Sang nakhoda berjalan di atas dunianya, sang istri dan sang anak di atas dunia yang lain. Saling tuduh dan saling vonis serta saling mencurigai akan terus berkecamuk, berujung dengan perpisahan atau perceraian. Akankah gambaran keluarga tersebut mendapatkan ketenangan, ketentraman, dan kebahagiaan? Bahkan itulah pertanda malapetaka yang besar dan dahsyat.

Oleh karena itu untuk menggapai kehidupan bahtera rumah tangga yang dicita-citakan (sakinah, mawadah dan rahmah) maka diperlukan kesadaran bagi setiap muslim dan muslimah untuk memperbaiki akhlaq dalam kehidupan individu, berkeluarga, bermasyarakat dan bernegara. Di sini, ada beberapa akhlak dan adab yang harus ada pada suami-istri, yakni berupa hak di antara keduanya, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa ta'ala:

“Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada istrinya.” (Al-Baqarah: 228)

1. Keduanya memiliki sifat amanah.

Jangan sekali-kali salah satu dari keduanya mengkhianati yang lain, karena mereka berdua tak ubahnya dua orang yang sedang berserikat, sehingga dibutuhkan amanah, menerima nasihat, jujur dan ikhlas di antara keduanya dalam segala kondisi.

2. Memiliki kasih sayang di antara keduanya.

Sang istri menyayangi suami dan begitu juga sebaliknya, sang suami menyayangi istrinya. Ini merupakan perwujudan firman Allah Subhanahu wa ta'ala:

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.” (Ar-Rum: 21)

Diantara hikmah adanya pernikahan antara seorang pria dengan wanita adalah agar dapat mewujudkan perasaan saling mencintai dan saling mengasihi di antara mereka. Hal ini baru dapat terwujud ketika seorang pria menikahi seorang wanita yang pencinta/penyayang terhadap suaminya, serta mewujudkan harapan suaminya dengan mendapatkan karunia dari Allah Subhanahu wa Ta'ala berupa keturunan dari anak-anak yang shalih dan shalihah.

3. Menumbuhkan rasa saling percaya antara kedua belah pihak. Jangan sekali-kali terkotori dengan keraguan terhadap kejujuran, amanah, dan keikhlasannya.

4. Lemah lembut, wajah yang selalu ceria, ucapan yang baik dan penuh penghargaan. Hal ini masuk dalam keumuman firman Allah Subhanahu wa ta'ala:

“Bergaullah dengan mereka secara patut.” (An-Nisa`: 19)

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Inginkan dan lakukan kebaikan untuk kaum wanita.” (Lihat Minhajul Muslim, 1/102).

5. Bagi seorang suami hendaklah bersikap baik kepada keluarganya, karena hal tersebut sebaik-baik akhlaq yang diperintahkan sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam:

"Sebaik-baik kalian adalah orang yang paling baik bagi keluarganya. Dan aku orang yang paling baik bagi keluargaku" [HR. At Tirmidzi no: 3895 dan Ibnu Majah no: 1977 dari sahabat Ibnu ‘Abbas. Dan dishahihkan oleh Al Albani dalam Ash Shahihah no: 285].

Hadits di atas, hadits yang sangat mulia. Sebuah hadits yang menunjukkan agar manusia bersikap mulia dan berlaku jujur. Begitu pula bagi seorang suami khususnya, karena ia sebagai pemimpin dan bertanggung jawab kepada keluarga. Maka menjadi keharusan, agar kita mencerna tingkat urgensinya.

6. Hendaklah seorang suami menyenangkan istrinya dengan sesuatu yang bukan merupakan maksiat kepada Allah Subhanahu wa ta'ala.

Sebagaimana riwayat dari Aisyah radhiyallahu 'anha: “Aku melihat Rasulullah menutupi aku dengan selendangnya, dan aku melihat kepada anak-anak Habasyah yang sedang bermain di masjid hingga akulah yang bosan.” (HR. Al-Bukhari)

7. Berbincang-bincang bila memiliki kesempatan.

Sebagaimana dalam riwayat dari sahabat 'Aisyah radhiyallahu 'anha: “Rasulullah shalat dalam keadaan duduk dan membaca dalam keadaan duduk. Dan bila masih tersisa dalam bacaannya sekitar 30 atau 40 ayat, beliau berdiri dan membacanya dalam keadaan berdiri. Kemudian beliau ruku’ dan sujud. Dan beliau lakukan hal itu pada rakaat kedua bila beliau menunaikan shalatnya. Jika aku bangun, beliau berbincang-bincang denganku dan bila aku tidur beliau juga tidur.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

8. Khidmat (pelayanan) seorang suami kepada keluarganya.
Diriwayatkan dari Aswad, dia berkata: Aku bertanya kepada Aisyah radhiyallahu 'anha: “Apa yang diperbuat oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam di dalam rumahnya?” Dia berkata: “Beliau selalu membantu keluarganya, dan bila datang panggilan shalat beliau keluar menuju shalat.” (HR. Al-Bukhari no. 676, 5363 dan Ahmad, 6/49)

9. Hendaklah suami dan istri dapat bersenda gurau dalam batas-batas norma agama agar dapat memecah kebekuan dan kepenatan dalam menghadapi rutinitas dan beban masalah.

10. Berusaha berhias dan berpenampilan baik untuk kemaslahatan keduanya. Bukan untuk orang lain !

11. Saling memberi hadiah dan memuji kebaikan diantara keduanya.

12. Bermusyawarah dalam menghadapi kesulitan dan mengambil keputusan untuk kemaslahatan keluarganya dengan pandangan terbuka dan jujur.

13. Bagi suami hendaklah berlaku adil dalam pemberian nafkah kepada istri dan anak-anaknya dan tidak pelit atau boros.

14. Keduanya hendaklah saling menjaga rahasia dalam kehidupan keluarganya, walaupun kepada orang yang paling dekat sekalipun.

15. Bagi seorang istri hendaklah berusaha selalu untuk menetapi sifat-sifat wanita sholehah.

Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam:

“Sebaik-baik wanita ialah wanita yang bila engkau memandang kepadanya, ia akan membuatmu senang, dan bila engkau memerintahnya niscaya ia mentaatimu, dan bila engkau meninggalkannya, ia menjaga kehormatanmu dalam hal yang berkaitan dengan dirinya dan hartamu. Dan kemudian Rasulullah shollallahu’alaihiwasallam membaca ayat berikut, yang artinya: (Kaum lelaki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita…) hingga akhir ayat.” (Riwayat Ibnu jarir, Abu Dawud At Thoyalisy dan Al Hakim)

16. Bagi seorang suami hendaklah menjaga dirinya dari akhalq-akhlaq tercela niscaya istri dan anaknya akan menjaga dirinya dan berbaktilah kepada orang tuamu, niscaya anakmu akan berbakti kepadamu. (Majmu’ Fatawa oleh Ibnu Taimiyyah 15/315-323).

17. Bersangka baik dan saling memaafkan diantara keduanya.

Demikianalah beberapa tips dalam membina rumah tangga yang Islami, seorang suami dan istri harus saling memahami kekurangan dan kelebihannya, serta harus tahu pula hak dan kewajibannya serta memahami tugas dan fungsinya masing-masing yang harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Sehingga upaya untuk mewujudkan perkawinan dan rumah tangga yang mendapat keridha'an Allah dapat terealisir.

Marilah kita berupaya untuk melaksanakan perkawinan secara Islam dan membina rumah tangga yang Islami, serta kita wajib meninggalkan aturan, tata cara, upacara dan adat istiadat yang bertentangan dengan Islam. Ajaran Islam-lah satu-satunya ajaran yang benar dan diridlai oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala (Ali-Imran : 19).

Artinya : Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami istri-istri dan keturunan yang menyejukkan hati kami, dan jadikanlah kami Imam bagi orang-orang yang bertaqwa". (Al-Furqaan : 74)



Amiin.

Wallahu a'lam bish-shawab.

Wassalamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh

Sumber: Nukilan dari beberapa artikel